Artikel

Pelopor Pendidikan Nasional: Antara KH. Ahmad Dahlan dan Ki Hajar Dewantara

profile picture Tim Red 1
Tim Red 1
Nazarudin (Pengamat Sosial)
Nazarudin (Pengamat Sosial)

Sebelum bangsa ini mengenal istilah “pendidikan nasional”, sistem pendidikan telah lebih dahulu hidup dan berkembang melalui institusi tradisional Islam seperti pesantren. Pesantren bukan hanya tempat menimba ilmu agama, tetapi juga membentuk watak dan karakter sosial masyarakat Muslim. Namun, pesantren bersifat terbatas dan tidak menjangkau kebutuhan masyarakat luas yang mulai terdesak oleh modernitas dan kolonialisme.

Situasi berubah dengan diberlakukannya politik etis oleh pemerintah kolonial Belanda pada awal abad ke-20. Kebijakan ini muncul sebagai bentuk “balas budi” terhadap bangsa Indonesia setelah eksploitasi panjang lewat tanam paksa dan kerja rodi. Politik etis melahirkan tiga agenda utama: irigasi, emigrasi, dan edukasi. Dari ketiganya, edukasi menjadi faktor paling menentukan munculnya kesadaran nasional. Sekolah-sekolah mulai dibuka untuk bumiputra, meskipun tetap bersifat diskriminatif dan cenderung mendidik elite lokal agar menjadi perpanjangan tangan kolonial. Namun, inisiatif ini secara tak langsung menumbuhkan semangat baru untuk membangun pendidikan sendiri yang merdeka, membebaskan, dan sesuai dengan nilai bangsa.

Dalam konteks inilah, dua tokoh besar muncul sebagai arsitek pendidikan kebangsaan: KH Ahmad Dahlan melalui Muhammadiyah, dan Ki Hajar Dewantara melalui Taman Siswa. Keduanya bukan hanya mendirikan sekolah, tetapi juga membangun sistem pemikiran dan aksi yang menjadikan pendidikan sebagai bagian integral dari perjuangan nasional.

Muhammadiyah

Ahmad Dahlan dan Pengabdiannya dalam Medan Sosial Awal

KH Ahmad Dahlan lahir di Kauman, Yogyakarta, dari keluarga ulama terpandang. Ia memperoleh pendidikan agama secara tradisional, kemudian melanjutkan studi ke Makkah, di mana ia bersentuhan dengan gagasan pembaruan Islam dari tokoh-tokoh seperti Muhammad Abduh dan Rashid Rida¹. Perjumpaan ini menumbuhkan kesadaran bahwa umat Islam harus kembali pada Al-Qur'an dan Sunnah, serta menyesuaikan ajaran agama dengan tantangan zaman.

Dahlan sempat aktif dalam Budi Utomo, organisasi kebangsaan awal yang berbasis identitas jawa. Namun, ia segera menyadari keterbatasan Budi Utomo yang cenderung elitis dan tidak menyentuh akar masalah umat Islam, khususnya dalam bidang pendidikan. Maka pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah, sebuah gerakan Islam modern yang menjadikan pendidikan sebagai alat utama perubahan sosial².

Karakteristik Pendidikan Muhammadiyah: Sebuah Sintesis Progresif

Pendidikan Muhammadiyah menawarkan sintesis progresif antara ajaran Islam dan metode pendidikan modern Barat. Jika pendidikan kolonial dan misionaris Kristen mengusung nilai-nilai sekular dan dogma agama lain, maka Muhammadiyah hadir sebagai alternatif Islam yang rasional, terbuka, dan berbasis etika serta ilmu pengetahuan.

Sekolah-sekolah Muhammadiyah menggunakan kurikulum yang menggabungkan pelajaran agama dengan ilmu umum. Guru-guru dilatih secara sistematis, dan manajemen sekolah disusun dengan prinsip efisiensi serta tanggung jawab sosial. Pendidikan Muhammadiyah juga menekankan kedisiplinan, kebersihan, dan keterbukaan terhadap sains. Dalam hal ini, Ahmad Dahlan mereformasi cara berpikir umat—bahwa Islam dan kemajuan tidaklah bertentangan³.

Kiprah dalam Pendidikan Nasional: Islam Sebagai Kekuatan Pembebasan

Kontribusi Muhammadiyah terhadap pendidikan nasional tidak hanya dapat diukur dari jumlah sekolah yang didirikan dan penyebarannya di seluruh wilayah Indonesia, namun jauh lebih penting adalah warisan model pendidikan Islam yang modern, non-sektarian, dan transformatif. Dalam konteks kolonial, Muhammadiyah telah menjadi pelopor pendidikan berbasis rakyat yang tidak bergantung pada bantuan pemerintah kolonial.

Ads Banner

BERITA TERKINI

WNA Diduga Melakukan Gendam di Pasar Playen Gunungkidul, Gunakan Modus Tukar Uang Untuk ...

WNA Diduga Melakukan Gendam di Pasar Playen Gunungkidul, Gunakan Modus Tukar Uang Untuk ...

Rabu, 18 Juni 2025
Daftar Kloter Jemaah Haji Pulang 19 Juni 2025, Lengkap dengan Jadwal Terbang

Daftar Kloter Jemaah Haji Pulang 19 Juni 2025, Lengkap dengan Jadwal Terbang

Rabu, 18 Juni 2025
Pembangunan Rampung, Gedung SPPG Polda DIY Siap Dioperasionalkan

Pembangunan Rampung, Gedung SPPG Polda DIY Siap Dioperasionalkan

Rabu, 18 Juni 2025
Aksi Begal di Suyudono Semarang Kepergok Warga, Pelaku Ditangkap dan Dihajar Massa

Aksi Begal di Suyudono Semarang Kepergok Warga, Pelaku Ditangkap dan Dihajar Massa

Rabu, 18 Juni 2025
Fase Pemberangkatan Jemaah Haji Gelombang II ke Madinah Dimulai Hari ini

Fase Pemberangkatan Jemaah Haji Gelombang II ke Madinah Dimulai Hari ini

Rabu, 18 Juni 2025
Harga Emas Antam Hari ini Rabu 18 Juni 2025 Turun, LM 5 Gram ...

Harga Emas Antam Hari ini Rabu 18 Juni 2025 Turun, LM 5 Gram ...

Rabu, 18 Juni 2025
Harga Emas Perhiasan Hari ini Rabu 18 Juni 2025 Stabil, Cek Sebelum Beli

Harga Emas Perhiasan Hari ini Rabu 18 Juni 2025 Stabil, Cek Sebelum Beli

Rabu, 18 Juni 2025
Diminta Segera Angkat Kaki, Warga Terdampak Penataan Stasiun Lempuyangan Minta Tunda Pembongkaran Sampai ...

Diminta Segera Angkat Kaki, Warga Terdampak Penataan Stasiun Lempuyangan Minta Tunda Pembongkaran Sampai ...

Selasa, 17 Juni 2025
Trash Barrier Jebol, Kali Buntung Jogja Penuh Sampah

Trash Barrier Jebol, Kali Buntung Jogja Penuh Sampah

Selasa, 17 Juni 2025
Langgar Aturan, Ribuan Botol Zamzam Terpaksa Dibuang

Langgar Aturan, Ribuan Botol Zamzam Terpaksa Dibuang

Selasa, 17 Juni 2025