Berita , D.I Yogyakarta

Sampah di Gunungkidul Didominasi Sampah Organik, Ini Langkah DLH

profile picture Pandu S
Pandu S
Sampah Di Gunungkidul Didominasi Sampah Organik, Ini Langkah DLH
Sejumlah Petugas DLH Gunungkidul Sedang Memilah Sampah di TPAS Wukirsari. (Foto: Hariane/Pandu)

HARIANE – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Gunungkidul mencatat bahwa sisa makanan dan pengolahan makanan menjadi penyumbang terbesar sampah di Gunungkidul. Setidaknya sebesar 69 persen dari total sampah yang dihasilkan merupakan sampah organik.

Kepala DLH Gunungkidul, Harry Sukmono, mengungkapkan bahwa dalam satu hari, setiap orang rata-rata bisa menghasilkan sampah sekitar 0,49 kilogram. Sementara itu, jumlah penduduk di Kabupaten Gunungkidul sekitar 700 ribu orang.

Sehingga, apabila dikalikan dengan jumlah tersebut, dalam satu hari dapat dihasilkan sampah sebanyak 380 ton.

“Dari 69 persen sampah organik, 53 persen di antaranya merupakan sampah basah, yaitu sampah dari sisa makanan dan sisa dapur. Itu hasil pendataan tahun kemarin,” kata Harry saat dihubungi melalui telepon, Senin (14/4/2025).

Menurutnya, sampah organik tersebut seharusnya bisa dikelola secara mandiri oleh masyarakat. Di antaranya dapat diolah menjadi kompos atau pakan ternak.

Namun demikian, pihaknya mengakui bahwa hal tersebut sulit dilakukan di wilayah perkotaan seperti Kota Wonosari karena keterbatasan lahan. Sehingga, sampah akan dibuang ke TPAS Wukirsari.

TPAS Wukirsari sendiri saat ini mampu menampung 50 ton sampah setiap harinya. Selebihnya, sampah-sampah tersebut dikelola secara mandiri oleh masyarakat.

“Seharusnya TPA itu kan untuk residu, yaitu sampah yang tidak dapat diolah. Namun, beberapa aktivitas tidak dilakukan pengolahan dan pemilahan, akhirnya tetap diterima,” jelasnya.

Sejumlah upaya digalakkan untuk mengurangi produksi sampah. Di antaranya seperti mengurangi produksi sampah plastik dan mengolah sampah organik secara mandiri.

“Untuk sampah organik sisa makanan seyogianya bisa dimanfaatkan, misalnya untuk pakan ternak ayam. Selain itu, juga mengurangi gaya makan kita,” tambahnya.

Upaya lain juga dilakukan, seperti pendampingan dan pendekatan perwilayahan dalam mengolah sampah sisa makanan menjadi kompos.

“Perkotaan menjadi masalah karena tidak semuanya memiliki ternak dan lahan. Tetapi kita tetap melakukan pendekatan,” ujarnya.

Ads Banner

BERITA TERKINI

Rakus, Seorang Petugas BUMDES Gelapkan Uang Lebih dari Rp 1 Miliar

Rakus, Seorang Petugas BUMDES Gelapkan Uang Lebih dari Rp 1 Miliar

Rabu, 23 April 2025
Sembilan Pasangan Nikah Bareng di Pantai Sundak, Ini Keunikan Mahar yang Digunakan

Sembilan Pasangan Nikah Bareng di Pantai Sundak, Ini Keunikan Mahar yang Digunakan

Rabu, 23 April 2025
Polisi Rilis Ciri-ciri Mayat Pria Terbungkus Karung Dalam Got di Tangerang

Polisi Rilis Ciri-ciri Mayat Pria Terbungkus Karung Dalam Got di Tangerang

Rabu, 23 April 2025
Kecelakaan di Jogja, Mobil Sruduk Sejumlah Kendaraan di Rel Kereta Timoho

Kecelakaan di Jogja, Mobil Sruduk Sejumlah Kendaraan di Rel Kereta Timoho

Rabu, 23 April 2025
Peringatan HUT TAGANA Ke-21 se-DIY, Kabupaten Sleman Jadi Tuan Rumah

Peringatan HUT TAGANA Ke-21 se-DIY, Kabupaten Sleman Jadi Tuan Rumah

Rabu, 23 April 2025
Tindak Lanjuti Kasus Penyalahgunaan LPG Bersubsidi di Kulon Progo, Pertamina Putus Kontrak 5 ...

Tindak Lanjuti Kasus Penyalahgunaan LPG Bersubsidi di Kulon Progo, Pertamina Putus Kontrak 5 ...

Rabu, 23 April 2025
78 CPNS Gunungkidul Terima SK Pengangkatan

78 CPNS Gunungkidul Terima SK Pengangkatan

Rabu, 23 April 2025
Polda DIY Bongkar Penyalahgunaan LPG Bersubsidi, Begini Modus Operandinya

Polda DIY Bongkar Penyalahgunaan LPG Bersubsidi, Begini Modus Operandinya

Rabu, 23 April 2025
Kasus Penyiraman Air oleh Debt Collector, Lurah Lapor Polisi

Kasus Penyiraman Air oleh Debt Collector, Lurah Lapor Polisi

Rabu, 23 April 2025
Warung Makan di Sewon Bantul Kebakaran, Pemilik Rugi Rp 10 Juta Lebih

Warung Makan di Sewon Bantul Kebakaran, Pemilik Rugi Rp 10 Juta Lebih

Rabu, 23 April 2025