Berita , Kesehatan
Fitur Diari Diabetes Digital Telah Terintegrasi SatuSehat, Bantu Pantau Kasus Diabetes Anak
HARIANE - Fitur Diari Diabetes Digital (3D) dari aplikasi Primaku, kini telah terintegrasi ke aplikasi SatuSehat dan telah diresmikan oleh Menkes Budi di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Aplikasi Primaku adalah aplikasi digital yang dibuat oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Aplikasi ini berguna untuk membantu orang tua memantau pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama kualitas pelayanan kesehatan bagi anak dan remaja.
Pengintegrasian fitur 3D dari aplikasi Primaku ke aplikasi SatuSehat mobile dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi anak-anak penderita diabetes di Indonesia.
Menkes Budi mengatakan bahwa dengan adanya integrasi tersebut, diharapkan pemantauan kasus diabetes pada anak dan remaja dapat dilakukan lebih dini, sehingga penanganan dapat berlangsung lebih cepat dan efektif.
Integrasi Fitur 3D ke SatuSehat, Data Termonitor Lebih Mudah dan Lengkap
Integrasi Primaku ke SatuSehat dilakukan sebagai upaya untuk mengendalikan kasus diabetes yang terjadi pada anak dan remaja. Bentuk integrasi ini dilakukan dengan memonitor data yang masuk ke Primaku, melalui fitur Diari Diabetes Digital (3D).
Fitur 3D memungkinkan orang tua dan tenaga kesehatan untuk memantau kondisi diabetes anak-anak secara langsung, sehingga perawatan menjadi lebih efektif.
Dilansir dari Kemenkes RI, data yang dapat dimonitor melalui SatuSehat mobile meliputi jenis insulin yang digunakan, waktu pencatatan penggunaannya, tipe gula darah yang sering diukur, dan lainnya.
Menurut Staf Ahli Menteri Bidang Teknologi Kesehatan, Setiaji mengungkapkan, data-data yang dimonitor tersebut tidak hanya untuk pemantauan, tetapi juga dianalisis untuk mendukung pengembangan machine learning di SatuSehat Mobile.
"Data ini juga akan digunakan untuk dianalisis karena dapat membantu memperkaya proses kita dalam mengembangkan machine learning di dalam SatuSehat mobile," ujar Setiaji.
Setiaji menambahkan, dengan adanya machine learning, harapannya tingkat temuan kasus diabetes pada anak dan remaja semakin besar dari sebelumnya.
"Tanpa machine learning, kita hanya mencatat 3,3% prevalensi, setelah menggunakannya menjadi 12,2% prevalensi," tambahnya.