Serangan ini terjadi setelah pekan lalu, Israel melakukan serangkaian serangan yang lebih intensif, termasuk pembunuhan komandan Hezbollah, Ibrahim Aqil, dan pejabat senior lainnya di Beirut. Pemerintah Lebanon menganggap serangan tersebut sebagai kejahatan perang.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, menegaskan bahwa tindakan militer akan terus berlanjut hingga tujuan mereka tercapai, yaitu mengizinkan puluhan ribu warga sipil yang terlantar di utara untuk kembali ke rumah mereka.
Ia juga menyampaikan bahwa Israel tengah membentuk strategi serangan yang bertahap tanpa memicu perang skala penuh.
Di sisi lain, pemimpin wakil Hezbollah, Naim Kassem, menyatakan bahwa kelompoknya kini terlibat dalam "pertempuran tanpa batas" dengan Israel.
Baik Israel maupun Hezbollah menunjukkan keteguhan untuk tidak mundur, meningkatkan risiko eskalasi konflik.
Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa pihaknya sedang berusaha untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.
“Kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk menjaga agar perang yang lebih luas tidak terjadi,” ujarnya.
Sementara itu, pakar dari Carnegie Middle East Centre, Michael Young, mengungkapkan bahwa kedua belah pihak tampaknya tidak menginginkan perang skala penuh, namun risiko untuk eskalasi semakin meningkat.
Ia menambahkan bahwa saat ini terjadi permainan pengekangan antara kedua belah pihak.
Keadaan di Lebanon dan Israel tetap tegang, dengan harapan bahwa upaya diplomasi dapat mencegah konflik yang lebih besar dan menjaga stabilitas di kawasan.****