Berita
Aktivis HAM Amerika Khawatirkan Nasib Hak LGBTQ dan Hak Kontrasepsi Setelah Roe v Wade Dibatalkan
Annisa Nur Fadhilah
Aktivis HAM Amerika Khawatirkan Nasib Hak LGBTQ dan Hak Kontrasepsi Setelah Roe v Wade Dibatalkan
Setelah dibatalkannya Roe v Wade, para aktivis bersama-sama menyampaikan pendapatnya melalui unjuk rasa yang hingga saat ini masih menjadi berlangsung di beberapa negara bagian di Amerika.
Sarah Kate Ellis, CEO Organisasi Advokasi LGBTQ GLAAD mengungkapkan bahwa pedoman anti-aborsi dan anti-LGBTQ adalah sama yang tidak menutup kemungkinan nantinya anti-LGBTQ akan ditetapkan di Amerika Serikat.
"Tubuh, perawatan kesehatan, dan masa depan kami adalah milik kami, bukan milik politisi yang ikut campur atau hakim agung ekstremis, dan kami akan melawan," tegas Sarah Kate Ellis.
Kierra Johnson, Direktur Gugus Tugas LGBT Nasional juga ikut berpendapat "Kita harus mendorong kembali semua pembuat undang-undang dan pengadilan negara bagian dan federal untuk memperjuangkan akses aborsi dan pilihan reproduksi bagi orang-orang transgender untuk mengakses perawatan kesehatan yang menyelamatkan jiwa, hak atas otonomi tubuh dan hak atas kebebasan seksual,"ungkapnya.
"Ini adalah kebebasan paling dasar untuk menjalani kehidupan yang bermartabat, terhindar dari campur tangan pemerintah. Pengadilan tidak memliki hak untuk mencampuri hak konstitusional kita untuk membuat keputusan tentang tubuh kita sendiri," tambah Kierra.
Hingga saat ini, kontra dari penghapusan Roe v Wade masih menjadi perbincangan hangat dan unjuk massa masih terus berlangsung di beberapa negara bagian Amerika, seperti New York, New Jersey, California, New Mexico, Texas, Pennyslavia dan lain-lain.
Hak LGBTQ dan hak kontrasepsi setelah Roe v Wade dibatalkan menjadi sorotan bagi Clarence Thomas sebagai Hakim Agung dan aktivis HAM Amerika Serikat karena pendapat keduanya yang bertentangan.****