Mengulik Tempat Kelahiran Presiden Kedua Republik Indonesia di Yogyakarta yang Saat Ini di Jadikan Museum
Selasar ini berisi tentang Soeharto yang membubarkan PKI dan melarang ajaran Marxisme/Komunisme. Di situlah Soeharto berjasa besar pada bangsa Indonesia.
Selasar Masa Pembangunan
Pada selasar ini pengunjung akan melihat sejarah Soeharto yang berhasil pada puncak kepimpinan nasional.
4. Gedung Notosudiro
Gedung Notosudiro yang berada di Museum HM Soeharto, tempat kelahiran Presiden kedua Republik Indonesia. (Foto: Rizky Riawan Nursatria)Gedung Notosudiro ini juga menjadi salah satu bangunan rumah tradisional khas masyarakat Jawa. Sama seperti sebelumnya pada Gedung Atmosudiro, Gedung Notosudiro diambil dari nama eyang buyut Soeharto.Bangunan ini terletak di belakang Joglo yang bisa menjadi tempat persinggahan para tamu keluarga. Selain itu pengunjung juga dapat membaca buku di perpustakaan yang telah tersedia. Perpustakaan tersebut berisi buku-buku tentang Soeharto.
5. Petilasan
Petilasan memiliki arti “tilas” atau bekas yang diambil dari istilah bahasa Jawa. Tempat ini menjadi saksi sejarah masa-masa kelahiran bayi yang telah menjadi salah satu pemimpin besar di Indonesia yaitu Soeharto.Bangunan ini terletak tepat di sisi timur Gedung Notosudiro. Disana pengunjung dapat menemukan sebuah sumur. Sumur tersebut menjadi satu-satunya peninggalan Soeharto yang juga menjadi saksi sejarah Soeharto.Potret sumur yang menjadi satu-satunya peninggalan di tempat kelahiran Presiden kedua Republik Indonesia. (Foto: Happy Sefbrina Anugrah)
Potret tambahan yang bisa pengunjung temui adalah meja yang pernah dipakai untuk menjamu tamu-tamu Soeharto.Meja yang biasa dipakai untuk menjamu para tamu Soeharto di tempat kelahiran Presiden kedua Republik Indonesia. (Foto: Happy Sefbrina Anugrah)Dengan dibangunnya Museum HM Seharto yang sekaligus tempat kelahiran Presiden kedua Republik Indonesia ini, diharapkan para pengunjung bisa menjadikan sebagai penanda dan pengingat serta wahana edukasi tentang salah satu tokoh besar dalam sejarah bangsa ini. ****