Gaya Hidup
9 Alasan Seseorang Memilih Bertahan Dalam Toxic Relationship, Membuat Lupa Akan Kebahagiaan Diri Sendiri
Ichsan Muttaqin
9 Alasan Seseorang Memilih Bertahan Dalam Toxic Relationship, Membuat Lupa Akan Kebahagiaan Diri Sendiri
6. Tidak tahu siapa diri kita di luar hubungan ini
Jika mengalami kehilangan identitas atau sistem pendukung diri selama dalam hubungan, kita mungkin akan kesulitan melepaskannya karena tidak tahu potensi diri kita, se-berharga apa kita di luar dari hubungan tersebut.
7. Pasangan kasar secara emosional
Jika pasangan kasar secara emosional, mungkin kita mempertanyakan naluri dan meragukan diri sendiri. Karena seorang pasangan yang suka menyalahkan dan memanipulasi tidak akan bertanggung jawab dan akan sering membuat merasa seolah-olah kita salah.
Akibatnya, seringkali kita menyalahkan diri sendiri atas segala sesuatu yang salah dalam hubungan dan meyakini bahwa kita-lah masalahnya, bukan hubungannya.
8. Terpikat pada pasang surut hubungan
Dalam dinamika relasional, yang tertinggi adalah yang tinggi dan yang terendah adalah yang rendah. Pasangan mungkin menjadi panas dan dingin, jadi tidak tahu kapan puncak berikutnya akan datang, tetapi ketika itu terjadi, rasanya istimewa dan mengasyikkan.
Keyakinan yang menggantung ini menjadi alasan bertahan dalam toxic relationship karena dapat menyebabkan kesulitan melepaskan suatu hubungan karena perasaan masih penasaran pada pasang surut berikutnya.
9. Percaya bahwa "hubungan itu sulit" dan ketidakseimbangan hanya terpaan angin sesaat
Hubungan sulit dan selalu membutuhkan usaha lebih, tetapi seharusnya tidak sesulit itu. Suatu hubungan seharusnya tidak mengharuskan kita untuk mengorbankan nilai-nilai atau perasaan diri sendiri.
Hubungan harus menjadi kekuatan yang stabil dan aman dalam hidup, bukan menjadi penyebab segala kesulitan atau membuat kehilangan jati diri yang sebenarnya.
Hal penting, artikel tentang alasan bertahan dalam toxic relationship ini hanya untuk tujuan informasi. Tidak bermaksud untuk memberikan nasihat profesional atau psikologis, diagnosis, atau pengobatan. Karena untuk mencari nasihat, hanya didapat dari para profesional kesehatan mental atau penyedia layanan kesehatan lain yang memenuhi syarat terhadap berbagai pertanyaan mengenai kondisi atau kesejahteraan hidup seseorang. **** (Kontributor: Anasya Adeliani)