Berita , D.I Yogyakarta
Festival Literasi Jogja 2025, Ada Bazar Buku Diskon sampai 80 Persen
HARIANE – Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) DIY akan menghadirkan Festival Literasi Jogja 2025, sebuah gelaran yang mempertemukan penulis, penerbit, komunitas, dan masyarakat luas.
Acara yang akan digelar pada 9–13 Juli 2025 di Gedung Perpustakaan Daerah, Banguntapan, Bantul ini akan dimeriahkan dengan beragam kegiatan seperti lomba, pentas seni, diskusi publik, dan bazar buku murah dengan potongan harga hingga 80 persen.
Kepala DPAD DIY, Kurniawan, mengatakan bahwa festival ini merupakan bagian dari komitmen untuk memperluas akses literasi yang lebih menyenangkan dan membumi.
“Festival ini kali pertama diadakan oleh kami, karena biasanya hanya berupa peringatan Hari Literasi. Tujuannya adalah agar literasi hadir bukan hanya di perpustakaan, tetapi juga di ruang-ruang publik, komunitas, dan lingkungan keluarga. Literasi adalah fondasi peradaban. Yogyakarta punya potensi luar biasa untuk ekosistem ini, dan tugas kami adalah merawat serta menumbuhkannya,” ujarnya, Rabu (2/7/2025).
Menurutnya, festival ini juga merupakan bentuk perlawanan terhadap aksi-aksi plagiarisme dan penjualan buku bajakan yang masih banyak dijumpai di Jogja. Dengan adanya festival ini, diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam memahami literasi.
“Melawannya tidak hanya bisa dengan pasal per pasal atau dengan hukum. Saya kira yang paling efektif adalah membangun budaya,” tuturnya.
Ketua IKAPI DIY, Wawan Arif, mengatakan bahwa festival ini menjadi warna baru bagi para penerbit buku dalam menemukan ekosistem yang lebih segar. Pasalnya, menurut dia, teknologi dan tren masyarakat turut memengaruhi kebiasaan membaca.
“Kami menyadari bahwa sudah banyak yang berubah. Ekosistem kami sudah tidak lagi sekadar mencari naskah, menerbitkan, lalu menjualnya. Kita harus berusaha menemukan vibes-vibes. Saya analogikan, teman saya mengubah kantornya menjadi perpustakaan atau coffee shop. Jadi yang dicari itu soal vibes. Nah, festival ini memunculkan vibes-vibes itu,” katanya.
Mengamini pernyataan Kurniawan, Wawan juga tak menampik bahwa dari pengalaman dan pengamatan sejumlah penerbit di Jogja, aksi pembajakan buku masih menjadi masalah serius yang belum terselesaikan hingga saat ini. Masalah ini, menurut dia, tidak bisa diselesaikan hanya dengan penegakan hukum.
Adapun festival ini turut menggandeng berbagai pihak, seperti Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) DIY, Dinas Kebudayaan DIY, Balai Bahasa Yogyakarta, dan Perpusnas.****