Olahraga
Jelang UFC 302, Dustin Poirier: Jika Saya Bisa Menyentuh Dagunya, Makhachev Akan Tumbang
HARIANE - Menjelang UFC 302, Dustin Poirier menyatakan keyakinannya bahwa ia dapat mengalahkan Islam Makhachev jika ia berhasil menyentuh dagu sang lawan.
Dustin Poirier akan mencoba merebu gelar juara kelas ringan untuk ketiga kalinya dengan juara bertahan Islam Makhachev pada UFC 302 yang akan berlangsung di Prudential Center, Newark, New Jersey, Amerika Serikat pada Minggu 2 Juni 2024 (waktu Indonesia).
Dalam sesi wawancara jelang UFC 302, Poirier berbicara tentang kesiapan mental dan fisiknya menghadapi pertarungan besar ini, serta betapa pentingnya kesempatan ini dalam kariernya.
"Saya merasa lebih nyaman dalam posisi ini dibanding sebelumnya," ujar Poirier.
"Saya tahu ini besar karena di mana saya berada dalam karier saya saat ini. Saya mungkin tidak akan mendapatkan kesempatan lagi untuk memanjat tangga ini. Saya berusia 35 tahun, dan berapa banyak kesempatan yang bisa Anda berikan kepada seseorang?" ujarnya.
Poirier, yang telah berkecimpung dalam dunia MMA selama 17 tahun, mengakui bahwa gaya bertarung Makhachev, yang dikenal sebagai pegulat berat dengan kontrol atas yang baik, merupakan tantangan terbesar baginya.
"Selama bertahun-tahun, para pegulat seperti Makhachev adalah lawan terberat bagi saya. Mereka bisa membawa pertarungan ke mana mereka inginkan, sementara saya adalah tipe petarung yang unggul dalam pertarungan," katanya.
Namun, Poirier tidak gentar. Dia percaya bahwa dengan persiapan dan teknik yang tepat, ia dapat mengatasi tekanan yang akan diberikan oleh Makhachev.
"Jika saya bisa menyentuh dagunya, dia akan jatuh. Dia akan mengetahuinya pada hari Sabtu nanti," katanya dengan penuh keyakinan.
Meskipun Poirier telah berhadapan dengan Khabib Nurmagomedov di masa lalu dan mengalami kekalahan, dia merasa bahwa pengalaman itu telah memberinya pemahaman yang lebih baik tentang gaya bertarung yang mirip dengan Makhachev.
"Saya telah belajar banyak dari pertarungan melawan Khabib. Saya telah menghadapi tekanan seperti itu sebelumnya dan saya tahu apa yang diharapkan," ungkapnya.
Pertarungan ini sangat berarti bagi Poirier, bukan hanya sebagai kesempatan untuk meraih gelar juara dunia, tetapi juga sebagai pencapaian pribadi yang telah ia impikan sejak lama.