Berita , Jabodetabek
Pengertian PM 2.5 yang Jadi Penyebab Kualitas Udara Jakarta Terburuk di Dunia pada Senin, 20 Juni 2022
Dyah Ayu Purwirasari
Pengertian PM 2.5 yang Jadi Penyebab Kualitas Udara Jakarta Terburuk di Dunia pada Senin, 20 Juni 2022
Dilansir dari laman Departemen Kesehatan New York, AS, PM (particulate matter) 2.5 adalah partikel halus di udara yang bisa mengurangi jarak pandang dan membuat udara tampak terlihat kabur ketika konsentrasinya tinggi, salah satunya disebabkan oleh asap kendaraan bermotor.
PM 2.5 adalah partikel halus dengan ukuran 2,3 mikron atau kurang. Jika dibandingkan, lebar partikel ini tiga puluh kali lebih kecil dibandingkan dengan lebar helai rambut manusia.
Di luar ruangan, kadar PM 2.5 bisa meningkat terlebih jika tidak ada atau hanya ada sedikit angin. Konsentrasi PM 2.5 yang tinggi bisa menyebabkan gangguan kesehatan baik terpapar dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Dampak Konsentrasi Tinggi PM 2.5 Terhadap Kesehatan Manusia
Dilansir dari data BMKG, konsentrasi partikulat PM 2.5 di Kemayoran, Jakarta, pada Senin, 20 Juni 2022 pukul 07.00 WIB adalah 114.10 µgram/m3 atau berada di zona kuning. Menurut indeks BMKG, konsentrasi PM 2.5 yang berada pada zona kuning berarti kualitas udaranya sedang tidak sehat. Partikel PM 2.5 yang berukuran sangat kecil bisa masuk lebih dalam ke saluran pernapasan bahkan hingga mencapai paru-paru.BACA JUGA : Kenali Gejala dan Faktor Risiko Kanker Paru yang Tak Boleh DiabaikanDampak kesehatan jangka pendek yang disebabkan PM 2.5 tinggi adalah iritasi pada mata, hidung, tenggorokan, dan paru-paru, batuk, bersin, hidung meler, dan napas yang pendek. Bagi penderita asma juga harus makin hati-hati karena PM 2.5 bisa memperparah kondisi asma dan juga jantung. Dampak kesehatan PM 2.5 konsentrasi tinggi lainnya juga dihubungkan dengan meningkatnya jumlah pasien yang masuk ke rumah sakit karena penyakit yang berkaitan dengan saluran pernapasan dan penyakit kardiovaskular. Sedangkan efek jangka panjang PM 2.5 konsentrasi tinggi bisa berdampak pada meningkatkan resiko penyakit bronkitis akut, menurunkan fungsi organ paru-paru, dan meningkatkan resiko kematian dari kanker paru-paru dan penyakit jantung.