Berita
Pengobatan Ditanggung BPJS, Tingkat Fatalitas Mycoplasma Pneumonia Lebih Rendah dari Covid-19
HARIANE - Keluhan penyakit mycoplasma penumonia mulai diperbincangkan semenjak terjadi lonjakan kasus di China dan Eropa.
Pemerintah sendiri telah melaporkan enam kasus infeksi bakteri mycoplasma penumonia di wilayah Jakarta.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemkes) RI telah mengimbau agar masyarakat tidak panik menyusul penyebaran wabah penyakit ini.
Gejala infeksi mycoplasma pneumonia umumnya ringan, berbeda dengan gejala pneumonia pada umumnya.
Adapun gejala yang yang dapat dirasakan oleh penderitanya antara lain sakit tenggorokan, lelah atau lemas, demam ringan, batuk, nyeri dada, dan sakit kepala.
Sementara gejala yang timbul pada anak-anak di bawah usia lima tahun meliputi pilek atau hidung tersumbat, sakit tenggorokan, mata berair, bersin-bersin, bengek, muntah, dan diare.
Untuk memperoleh pengobatan pneumonia, masyarakat dapat berobat ke fasilitas kesehatan menggunakan BPJS Kesehatan.
Selain itu, BPJS Kesehatan juga menanggung penanganan gawat darurat para peserta untuk beberapa penyakit terkait paru-paru, seperti asma bronkitis, emboli paru, pneumonia sepsis, gagal nafas, dan lain-lain.
Tingkat Fatalitas Mycoplasma Pneumonia Lebih Rendah
Seperti dirilis Kemkes RI melalui laman resminya, Dokter Spesialis Anak RS Cipto Mangunkusumo, dr. Nastiti Kaswandani menegaskan bahwa tingkat fatalitas dan keparahan akibat bakteri Mycoplasma pneumoniae lebih rendah dibandingkan Covid-19.
"Tingkat keparahan maupun mortalitas (kematian) akibat Mycoplasma pneumoniae cenderung lebih rendah hanya 0,5 sampai 2 persen, itu pun pada mereka dengan komorbiditas,” ujarnya.
Oleh sebab itu, penyakit ini juga sering disebut sebagai walking pneumonia lantaran gejalanya cenderung ringan.