HARIANE - Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Irene Umar menekankan pentingnya Dana Keistimewaan Yogyakarta untuk melahirkan Intellectual Property (IP) lokal yang mampu bersaing di panggung global.
Ekonomi kreatif dinilai bukan sekadar pelengkap, tetapi mesin pertumbuhan baru yang harus dihidupi oleh ekosistem lintas kampus, komunitas, dan kebijakan daerah.
Irene Umar menegaskan, Danais punya potensi besar untuk menjadi “mesin utama pertumbuhan baru” di DIY—asal dikelola untuk menciptakan Intellectual Property (IP) lokal yang berdaya saing global.
“Ekonomi kreatif bukan soal seni dan hiburan semata. Ini soal masa depan ekonomi daerah. Dana Keistimewaan bisa melahirkan IP kelas dunia, memicu aktivasi ruang publik, menghubungkan diaspora, hingga membangun konektivitas antara kampus, komunitas, dan pasar global,” tegas Irene dalam talkshow di Universitas Gadjah Mada (UGM), Kamis (4/7/2025).
Talkshow ini mengangkat tema ‘Pemanfaatan Dana Keistimewaan untuk Peningkatan Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif’ dan turut menghadirkan Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu serta tokoh-tokoh nasional di bidang budaya dan pendidikan.
Danais Harus Bisa Cetak IP Lokal Kelas Dunia
Irene menyayangkan jika Danais hanya habis untuk pembangunan infrastruktur dan festival rutin tahunan, tanpa bertransformasi menjadi investasi jangka panjang dalam bentuk karya dan sistem.
“Kita butuh lebih banyak kreator muda yang tidak hanya membuat produk, tapi menciptakan makna, membangun nilai ekonomi, dan menjaga warisan budaya,” ujarnya di hadapan ratusan mahasiswa UGM.
Ia mengusulkan Danais dialokasikan melalui skema Bantuan Keuangan Khusus (BKK) untuk:
- Penguatan ruang kreatif dan inkubator budaya
- Promosi IP lokal ke pasar regional dan internasional
- Pelatihan SDM kreatif digital
- Digitalisasi kawasan warisan seperti Borobudur, Kotagede, dan Malioboro