Berita , D.I Yogyakarta
Waspada Penyakit Leptospirosis, Ratusan Kasus Ditemukan di Bantul Selama Tahun 2022
Admin
Waspada Penyakit Leptospirosis, Ratusan Kasus Ditemukan di Bantul Selama Tahun 2022
>HARIANE - Sepanjang awal tahun 2023 ini, Dinas Kesehatan Bantul tidak menemukan kasus leptospirosis atau biasa disebut masyarakat penyakit kencing tikus.
Sementara di tahun 2022 lalu, Dinkes Bantul mencatat terdapat 137 kasus penyakit leptospirosis. Dari jumlah tersebut empat diantaranya meninggal dunia.
Dinas Kesehatan Bantul menghimbau masyarakat untuk mewaspadai penyakit leptospirosis atau biasa disebut masyarakat penyakit kencing tikus.
BACA JUGA : PBNU Buka Beasiswa ke China Tahun 2023, ini Detail Persyaratan dan Cara Daftarnya
Penyakit leptospirosis ialah penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang ditularkan melalui hewan perantara.
“Penyakit menular melalui hewan perantara. Penyakit ini tidak bisa menular ke manusia satu ke lainnya secara langsung,” kata Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Dinkes Bantul Abednego Dani Nugroho, Kamis 19 Januari 2023. Abednego menyampaikan bahwa leptospirosis dapat menginveksi seseorang terutama melalui hewan pengerat seperti tikus dan kelinci. Ia mengatakan, leptospirosis tidak selalu bersumber pada kencing tikus seperti dari persepsi masyarakat pada umumnya. “Yang paling dekat dengan kita tikus makanya sering disebut penyakit kencing tikus padahal tidak melulu dari kencingnya, bisa jadi dari air liurnya,” jelasnya. Disebutkan olehnya tingkat bahaya dari leptospirosis sendiri dapat menyebabkan kematian pada manusia. Penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan multiple organ dalam tubuh terutama ginjal yang menjadi perhatian khusus. “Kalau bahaya ya bahaya sekali, ada beberapa kematian terkait leptospirosis,” terangnya. Ia pun menghimbau kepada masyarakat Bantul terutama saat musim penghujan untuk mewaspadai penularan penyakit ini. Terutama bagi masyarakat yang sering beraktifitas di tempat berair seperti sungai dan sawah. Adapun gejala dari leptospirosis mirip dengan penyakit infeksi yang lain utamanya demam. Namun, kata Abednego, leptospirosis memiliki gejala khusus yaitu nyeri pada betis. Apabila masyarakat mendeteksi sejak awal gejala tersebut dan berdasarkan diagnosa yang tepat dengan bantuan medis dan cek laboratorium, masyarakat dapat sembuh dari leptospirosis melalui antibiotik. “Kalau tiba-tiba demam, lihat riwayatnya yang dicurigai tempat bersarangnya tikus, kalau betis sakit lebih mencurigakan lagi karena kemungkinan leptospirosis. Karena penyakit ini dari bakteri kita sudah punya obatnya. Asal dengan deteksi seawal mungkin dan diagnosa yang tepat bisa sembuh,” ujarnya.****(Kontributor: Wahyu Turi)
1