Berita , D.I Yogyakarta
Angkat Isu Persoalan Sampah di Jogja, TPS ini Dihias Pakai Barang-barang Bekas
HARIANE - Beragam keunikan dengan tema-tema menarik banyak disiapkan di Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada Pemilu 2024 kali ini. Tujuannya untuk menarik minat warga datang ke TPS menggunakan hak pilihnya. Tema-tema tersebut sengaja disiapkan agar warga tidak jenuh menunggu antrean pencoblosan.
Keunikan itu juga tampak terlihat di TPS 14 yang ada di Dusun Dipoyudan, Kelurahan Ngampilan, Kapanewon Ngampilan, Kota Yogyakarta. Bedanya, warga menghiasi lokasi TPS dengan properti yang terbuat dari sampah-sampah bekas.
Koordinator tim pendukung TPS 14 Dimas Arifin Hamsyah mengatakan, pada pemilu kali ini, para pemuda memilih untuk mengangkat isu sampah yang saat ini masih menjadi topik hangat di Yogyakarta.
TPS 14 ini didekorasi dengan macam-macam jenis sampah bekas mulai dari botol air mineral, sampah organik hingga ranting-ranting pohon. Selain itu, ada pula mural berisi pesan-pesan.
Seperti misalnya, di dinding belakang bilik suara tertulis mural 'Wilayahe resik rejekine asik, pilih sing becik negarane apik (wilayahnya bersih rezekinya asik, pilihannya baik negaranya baik).
"Memang sebetulnya kita mengangkat lingkungan, tapi kalau tema lingkungan kan masih umum kemudian kita lebih kerucutkan terkait masalah sampah karena memang sampah di kota Jogja khususnya baru menjadi isu strategis," kata dia, Rabu, 14, Februari, 2024.
Dia dan pemuda-pemudi tim pendukung TPS memang sengaja memilih tema sampah. Tujuannya, untuk memberikan pesan moral kepada warga masyarakat agar tergerak ikut mengatasi persoalan lingkungan yang ada di Kota Yogyakarta.
"Harapannya kita bisa memicu warga yang lain untuk bisa ikut berpartisipasi dalam kegiatan penanganan sampah atau pengelolaan sampah," imbuhnya.
Arif menyebutkan dibutuhkan waktu dua hari untuk membuat dekorasi bertema darurat sampah ini. Warga dan para pemuda menggunakan waktu senggangnya dalam mengerjakan persiapan TPS.
Selain dekorasi sampah, petugas TPS hanya menggunakan pakaian-pakaian seadanya. Hal itu dimaksudkan untuk menunjukkan keseharian warga saat menjalankan aktivitasnya.
"Teman-teman ini menggunakan pakaian yang nuwun sewu ini bukan tidak pantas tapi memang konsepnya seperti itu, inilah kehidupan masyarakat sehari-hari," tuturnya.
Bahkan, kata dia, wilayah Dipoyudan bukan hanya sekali ini saja membuat dekorasi unik. Sebelumnya, pada Pemilu 2009 mereka menggunakan pakaian wayang, kemudian tahun 2014 menggunakan seragam SD dengan pesan sekolah demokrasi. Lalu 2019 dengan tema tempat pusing sementara.