Cerpen Era Cakra Perlawanan
“Tolong bantulah kami! Aku mohon tolong.”
Pemuda itu berubah dari penuh semangat menjadi hancur karena kesedihan. Ia merasa malu karena harus meminta bantuan dari orang asing.
Ia malu karena tidak mampu menceritakan kejadian yang sesungguhnya kepada orang-orang di sepanjang jalan yang berusaha membantunya.
Ia terlalu kekanak-kanakan untuk memikul beban besar sebuah negeri yang korup. Dan terlalu bisu untuk jujur pada orang yang mampu meringankan beban yang dipikulnya.
Semua beban itu kemudian memberatkan tubuhnya untuk tersungkur di tanah dan menangis tersedu-sedu.
Pemuda itu terus menangis tanpa suara, seperti anak kecil yang terluka.
Era Cakra Perlawanan, seorang mahasiswa salah satu universitas di Yogyakarta.
Baca artikel menarik lainnya di harianejogja.com