Penampilan apiknya di klub ini membuatnya terpilih sebagai salah satu pemain Tim Nasional (Timnas) Inggris untuk berlaga di laga kualifikasi Euro 2016 di bawah kepelatihan Roy Hodgson.
Di turnamen empat tahunan negara-negara eropa ini, namanya makin bersinar meskipun negaranya gagal lolos dari babak 16 besar setelah takluk 2-1 dari Islandia.
Kegagalan di Euro tak membuat namanya meredup. Di level klub, kombinasinya dengan Harry Kane dan Son Heung Min mampu membawa Tottenham dua kali menjadi runner-up premier league dan menjelma menjadi tim papan atas Eropa.
Bahkan pada musim 2018/19, Dele Alli berhasil membawa timnya berlaga di final Liga Champions melawan sesama tim Inggris, Liverpool yang berakhir dengan skor 2-1 untuk The Reds.
Menderita Dilatih Mourinho
"Suatu pagi saya bangun lalu pergi untuk berlatih. Saat itu saya merasa berada di tepat yang buruk. Saya bertanya pada diri sendiri, apakah harus pensiun. Di usia 24 tahun dari mengerjakan apa yang saya sukai," ujarnya pada Garry menggambarkan perasaannya saat disingkirkan dari squad Tottenham Hotspur oleh Mourinho.
Seperti diketahui, pada musim 2018/19, Jose Mourinho ditunjuk menjadi pelatih Tottenham untuk mengganti Pochettino yang dipecat karena dianggap gagal memenuhi ekspektasi dewan direksi.
Hubungan yang kurang baik dengan Mourinho, yang secara terang-terangan menyebutnya sebagai pemain malas membuat Dele frustasi.
Ujungnya, ia mulai mencari pelarian lain. Bersembunyi dari realita dengan kembali mengkonsumsi obat-obatan secara berlebihan dan alkohol.
"(Saya,red) tidak menggunakannya untuk kesenangan, tapi mencoba mengenyahkan atau menyembunyikan sesuatu," ujarnya.
"Saya menjadi kecanduan obat tidur yang tentu saja menyebabkan banyak kerusakan. Tentu saja ini bukan masalah yang menimpa saya saja," ujarnya.****