Berita , Budaya , D.I Yogyakarta
FSY 2025 Digelar 30 Juli–4 Agustus, Angkat Semangat Kolaborasi Sastra

HARIANE – Festival Sastra Yogyakarta (FSY) kembali hadir tahun ini sebagai perayaan literasi yang menampilkan kekayaan ekspresi sastra di Kota Yogyakarta.
Festival ini akan berlangsung pada 30 Juli hingga 4 Agustus 2025 di Grha Budaya, Taman Budaya Embung Giwangan (TBEG), dan menjadi bagian dari rangkaian pra-event Rapat Kerja Nasional Jaringan Kota Pusaka Indonesia (Rakernas JKPI) XI 2025.
Sejak awal dirintis pada 2021 oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta, FSY konsisten menghadirkan tema-tema yang merefleksikan dinamika kesastraan dan kebudayaan Indonesia. Pada 2021, FSY mengangkat tema Musikal Hanacaraka (masa pandemi), kemudian Mulih pada 2022, Sila pada 2023, Siyaga pada 2024, dan Rampak pada 2025.
Mengusung tema “Rampak” yang bermakna serempak, setara, dan harmonis, FSY 2025 menegaskan pentingnya kerja kolaboratif dalam dunia kesastraan hari ini.
Rampak menjadi simbol gerak komunitas sastra yang tidak lagi soliter, melainkan berjalan bersama.
Di tengah kompleksitas kehidupan pascapandemi dan krisis multidimensi, pendekatan kolaboratif menjadi kunci untuk menjaga keberlanjutan literasi yang berpihak pada kemanusiaan.
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti, mengatakan bahwa FSY tumbuh dari ruang pertemuan warga sastra menjadi panggung yang menghubungkan ekosistem literasi, memperkuat jejaring komunitas, serta membuka ruang bagi regenerasi dan refleksi.
Kota Yogyakarta sebagai kota budaya dan kota sastra hadir bukan hanya dengan sejarah panjang literasi, tetapi juga melalui semangat komunitas yang terus menyemai nilai, estetika, dan keberpihakan dalam karya.
“Tahun demi tahun kita mengalami perkembangan yang baik bagaimana sastra ini menjadi ruang bertemu kita semuanya, dari komunitas-komunitas sastra, masyarakat Jogja, dan bertemu dengan banyak hal,” kata Yetti.
Dengan pendekatan yang inklusif, interaktif, dan eksperimentatif, FSY 2025 menghadirkan beragam agenda seperti Pasar Sastra (bazar buku, panggung diskusi, pameran komunitas), Sayembara Puisi, Susur Galur (seri diskusi jejak komunitas sastra Yogyakarta), Panggung Teras, serta pembukaan dan penutupan festival yang dirancang sebagai peristiwa seni lintas medium.
Festival ini melibatkan berbagai komunitas dan tokoh sastra, seperti Ramayda Akmal (sastrawan dan akademisi UGM), Fairuzul Mumtaz (penulis dan Ketua Komunitas Suku Sastra), dan Paksi Raras Alit (seniman pertunjukan sekaligus Direktur Festival Kebudayaan Yogyakarta).
“FSY ini, kita berharap bisa menjadi kolaborasi yang baik bagi kita untuk membangun ekosistem kesusastraan. Tidak hanya di Kota Yogyakarta, tetapi di Indonesia,” terangnya.