HARIANE - Sebagian besar masyarakat Indonesia memilih bergabung dalam berbagai macam organisasi untuk pekerjaannya, baik itu organisasi swasta/perusahaan maupun organisasi pemerintahan.
Pandemi covid-19 membawa budaya baru bagi system operasional organisasi terutama dalam pemanfaat IT.
Pemanfaatan IT secara efektif dapat menggeser posisi karyawan dalam melakukan pekerjaannya dalam orgnaisasi sehingga wajar saja ketika organisasi melakukan perampingan pada SDMnya.
Hal itu disebabkan oleh tujuan organisasi yang mengedepankan minimalisasi input dengan maksimalisasi hasil output.
Hal tersebut menjadi tantangan yang kompleks bagi manajer SDM yang mengemban tugas sebagai penghubung antara karyawan dengan pihak manajemen.
Sehingga manajer SDM harus mempunyai seni dalam melakukan restrukturisasi untuk menentukan kebijakan dalam perampingan tenaga kerja, rekruitmen, pengembangan hingga penggajian yang sesuai bagi karyawannya.
Dalam seni tersebut manajer SDM juga harus menentukan biaya, waktu, dan sasaran yang sesuai dengan apa yang menjadi tujuan organisasi.
Terkait restrukturisasi, manajer SDM akan dipertemukan dengan Organisasi virtual, pekerja kontingen, dan outsourching.
Organisasi visual dapat membantu perusahaan atau instansi memperoleh kebutuhannya dengan sharing sumber daya melalui system komputer.
Pekerja kontingen dapat melaksanakan pekerjaan sesuai apa yang ditargetkan perusahaan atau instansi dengan jangka waktu tertentu atau biasa dikenal dengan proyek.
Sedangkan melalui outsourching perusahaan atau instansi dapat memperoleh hasil kerja melalui tenaga kerja pihak lain.
Ketiganya adalah opsi manajer SDM dalam perampingan struktur organisasinya karena ketiga-tiganya tidak masuk secara resmi dalam struktural organisasi sehingga organisasi tidak perlu memikirkan insentif, bonus, hingga pesangon untuk karyawannya.