HARIANE – Sebanyak 28 sarang telur penyu berhasil ditemukan di kawasan Pantai Trisik sejak awal tahun hingga Juli 2025. Dari jumlah tersebut, 12 sarang berhasil ditetaskan, sementara 4 sarang mengalami kegagalan.
Pengelola Konservasi Penyu Abadi Trisik, Edi Yulianto, mengatakan bahwa dari 12 sarang yang berhasil ditetaskan, lahir sebanyak 1.009 tukik. Sebanyak 625 tukik telah dilepasliarkan, sedangkan sisanya dilepas secara bertahap sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
Pelepasliaran ini merupakan bagian dari upaya menjaga semangat konservasi dan pelestarian. Salah satu pelepasliaran dilaksanakan di kawasan Pantai Trisik pada Minggu (26/7/2025) pagi, oleh Pokdarwis Banaran, Kelompok Konservasi Penyu Abadi, Desa Wisata Banaran, Paguyuban Wisata Pantai Trisik, serta masyarakat.
Kegiatan tahunan tersebut digelar selama musim penetasan tukik, yakni antara bulan Juli hingga Agustus.
"Harapannya, kegiatan ini menjadi daya tarik unggulan Pantai Trisik. Dalam rilis ini, pengunjung kami ajak belajar mengenai konservasi penyu dan menanam pandan. Ada sekitar 200 tukik yang dilepas," ujar Edi Yulianto.
Edi menjelaskan bahwa rilis tukik ini menegaskan eksistensi pelestarian penyu di Pantai Trisik, dengan ekowisata sebagai penggerak utamanya.
"Pengunjung yang berpartisipasi mendapatkan edukasi dan ikut melepas tukik. Mereka juga bisa berdonasi untuk mendukung kegiatan Konservasi Penyu Abadi agar tetap eksis," tutur Edi.
Event rilis tukik ini, lanjut Edi, sejalan dengan pengembangan pariwisata berbasis konservasi di Pantai Trisik. Berbagai isu lingkungan coba dijawab melalui pengembangan ekowisata, salah satunya melalui kawasan pelepasan tukik penyu.
"Kami terus berupaya agar pelepasan tukik bisa diperbesar skalanya, salah satunya dengan kolaborasi berbagai pihak," ungkap Edi.****