Berita
Temuan Ternak Terjangkit Penyakit LSD, Dinas Peternakan Gunungkidul Perketat Pengawasan
HARIANE - Menjelang Idul Adha, transaksi jual beli ternak di Kabupaten Gunungkidul semakin meningkat. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul semakin memperketat pengawasan, sebab beberapa waktu lalu petugas menemukan adanya ternak yang terjangkit Penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) atau lato-lato yang dijual di pasar.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul, Wibawanti Wulandari, mengatakan LSD merupakan penyakit kulit pada ternak, khususnya sapi, yang sering ditemukan. Penyakit ini berupa benjolan di tubuh sapi atau yang kerap disebut lato-lato.
Menjelang Idul Adha, dinas memperketat pengawasan penjualan ternak. Hal ini untuk mengantisipasi adanya ternak terjangkit penyakit yang justru dijual bebas, mulai dari antraks, PMK hingga LSD ini.
Pada pengawasan di pasar hewan beberapa waktu lalu, ditemukan adanya tiga ekor sapi yang kondisinya pasca sakit LSD. Petugas kemudian meminta pemilik untuk tidak menjualnya terlebih dahulu. Sebab, kondisi tersebut dikhawatirkan dapat menurunkan kualitas dan kuantitas daging sapi.
"Kondisi sapinya sudah sehat tetapi totol atau lato-lato di tubuhnya masih kelihatan. Jadi, belum seluruhnya menghilang. Sehingga kami minta untuk tidak dijual dulu," kata Wibawanti Wulandari, Selasa (11/06/2024).
Lebih lanjut, ia menghimbau pemilik ternak maupun pedagang untuk tidak menjual sapi yang pasca mengalami sakit. Sapi yang pasca terjangkit penyakit LSD harus sepenuhnya sembuh baru kemudian bisa dijual.
Menurutnya, sejauh ini tidak ada temuan penyakit lain seperti antraks, sapi gila, dan penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak yang diperjualbelikan di Kabupaten Gunungkidul. Meski demikian, hingga sekarang ini pihaknya masih melakukan pemantauan.
"Pemantauan dan pengawasan terus kami lakukan sampai pelaksanaan pemotongan hewan," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Bina Produksi DPKH Gunungkidul, Suyanto, mengatakan ketersediaan stok hewan kurban untuk Idul Adha tergolong aman dan mampu mencukupi kebutuhan di dalam wilayah.
Data yang ada di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul menunjukkan ketersediaan sapi potong jantan 17.380 ekor, kambing 25.638 ekor, dan domba 1.752 ekor. Sedangkan kebutuhan hanya sebanyak 4.550 ekor sapi, kambing 12.500 ekor, dan domba 2.250 ekor.
"Untuk pemenuhan kebutuhan di dalam dan luar daerah tergolong aman. Yang dikirim keluar kota sebanyak 12.830 ekor sapi, kambing 13.138 ekor, sedangkan untuk domba tidak ada," jelas Suyanto.****