Apa itu identitas politik? suatu hal yang harus diketahui sebelum Pemilu 2024. (Foto: Unspalsh/Arnaud Jaegers)
HARIANE – Apa itu politik identitas? menjadi salah satu hal yang banyak dipertanyakan masyarakat menjelang tahun politik.Banyak pertanyaan terkait apa itu politik identitas? tentu tidak lepas dengan kekhawatiran masyarakat terhadap tindakan menyimpang yang berpotensi terjadi dalam Pemilu 2024.
Sekilas mengenai apa itu politik identitas? sebuah alat politik yang dimanfaatkan suatu kelompok etnis, suku, budaya, agama, dan sebagainya untuk tujuan tertentu.
Melansir laman Bawaslu, Rahmat Bagja selaku Ketua Bawaslu memberikan prediksi terkait politik identitas yang semakin marak menjadi tren penyimpangan selama pesta demokrasi.“Prediksi kami yang paling besar ke depan, politik identitas akan dipakai sebagai serangan terhadap parpol atau kepentingan politik tertentu,” terang Bagja pada Kamis, 30 Juni 2022.
Politik identitas yang menyimpang berpotensi kembali dieksploitasi dan digunakan untuk hal-hal yang dilarang, menurut Bagja kerap muncul penyebaran isu hoax, SARA, dan sebagainya, seperti menyebarkan ujaran kebencian di rumah ibadah yang dilakukan para pelaku tidak bertanggung jawab, hingga adanya antipati tokoh agama.
Lalu, apa itu politik identitas? serta hal-hal berbahaya yang berpotensi terjadi.
Melansir laman UIN Jakarta bahwa politik identitas adalah sarana yang mengusung aspirasi, tuntutan kepentingan politik serta pemikiran politik. Hal tersebut mampu menciptakan beragam aksi untuk meraih tujuannya.
Apa itu identitas politik? suatu hal yang diprediksi menjadi tren penyimpangan dalam Pemilu 2024. (Foto: Unsplash/Marco Oriolesi)Kehadiran politik identitas umumnya dimanfaatkan oleh kelompok masyarakat yang minoritas atau inferior, mereka menggunakannya untuk memberontak atau melawan ketimpangan.Selama menyokong aspirasinya, pelaku politik identitas terkait perbedaan suku, gender, hingga agama ditampilkan secara gamblang atau sebaliknya.
Perihal politik identitas kini mengandung hal-hal kontroversial, apabila ditinjau secara garis besar hal tersebut disebabkan oleh perbedaan pemahaman terhadap konsep dan konteks.