Suara lolongnya terdengar jelas dan keras, sementara suara salakannya terdengar lembut seperti mendengking pendek berulang-ulang dengan bunyi kik-kik-kik.
Karena itu, di beberapa daerah di Jawa, binatang ini disebut dengan asu kikik.
Meski kerap tinggal berkelompok (5 hingga 30 ekor), hewan ini dapat hidup soliter (menyendiri) pada situasi tertentu.
Populasi anjing hutan di Indonesia ini mencari makan secara berkelompok saat mengejar mangsanya yang lebih besar seperti babi hutan, kijang, rusa, banteng , dan kerbau.
Sementara itu, tikus, kelinci, kancil, dan binatang kecil lainnya juga menjadi makanan kesukaannya.
Ajag tergolong hewan yang lebih aktif di malam hari (nokturnal), meskipun tidak sepenuhnya aktivitas hewan ini dilakukan di malam hari.
Sedangkan untuk reproduksinya, anjing hutan ini mampu melahirkan 6 ekor anak dalam sekali masa kehamilan, dengan periode kehamilan sekitar 2,5 bulan dan bisa beranak sampai 2 kali dalam setahun.
Anak-anaknya ini kemudian akan dianggap dewasa pada umur satu tahun.
Sayangnya, populasi ajag mengalami penurunan dari tahun ke tahun, yang mana diperkirakan hanya tinggal sekitar 2.500 ekor saja di seluruh dunia.