Budaya
Jenang Suran, Tradisi Tahunan Sambut 1 Muharram 1445 H di Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta
HARIANE - Jenang Suran Tradisi menyambut 1 Suro atau 1 Muharram dalam kalender Hijriah dilakukan setiap tahun oleh para abdi dalem juru kunci Kasultanan Ngayogyakarta maupun Kasunanan Surakarta di Makam Raja-raja Mataram, Kotagede, Yogyakarta.
Tahun ini, yang bertepatan dengan Tahun Baru Islam 1445H, ritual Jenang Suran akan dilaksanakan pada Selasa, 18 Juli 2023 mulai jam 22.30 WIB di Komplek Makam Raja-raja Mataram di Kotagede.
Upacara ini diawali berkumpulnya para abdi dalem di bangsal depan, kemudian kirab membawa uba-rampe serta sarana ritual.
Lalu dilanjtkan dengan pembacaan doa dan zikir di depan gapura Makam Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama Khalifatullah Tanah Jawa.
Tradisi yang sudah ada sejak jaman Sultan Agung Hanyokrokusuma serta Juru kunci harus menyiapkan jenang/bubur yang diberi nama “jenang panggul” untuk dibagi ke warga yang datang/pejiarah selepas acara doa.
Juru kunci atau Abdi Dalem Keraton Surakarta, Mas Ngabei Suratijan Rekso Hastono Prasetya mengatakan Jenang Panggul memiliki filosofi yang sangat bermakna.
"Jenang panggul filosofinya, memanggul masuk kedalam tahun baru dan berdoa bersama agar mendapatkan hal-hal baik," ujarnya.
Jenang panggul terbuat dari beras yang dibuat menjadi bubur, ditambah dengan lauk tahu, tempe, sayuran, dan “dele ireng”/kedelai hitam.
Ia menambahkan jenang pangul bermakna, abdi dalem dan masyarakat yang datang bisa kuat memanggul beban hidup di tahun yang baru.
Sedangkan makna “Dele”/kedelai, “del”(Bahasa Jawa) yaitu putus dan ireng diartikan segala yang tidak baik. “Dele ireng” diartikan sebagai terputusnya segala yang tidak baik.
Menurutnya, acara doa bersama dalam rangka menyongsong tahun baru dapat penuh dengan keberkahan. ****