Berita , D.I Yogyakarta
Peringatan Hari Penegakan Kedaulatan Negara, Ada Pasar Gedhe & Bazar UMKM Hingga Pameran Museum di Mandala Krida
![profile picture Wahyu Turi](https://hariane.com/file/profile-picture/turii.jpg)
HARIANE – Dalam rangka memperingati peristiwa bersejarah Serangan Umum 1 Maret sebagai tonggak penegakan kedaulatan negara, pada 21 Februari hingga 1 Maret 2025 akan diselenggarakan Pasar GEDHE dan Bazar UMKM di Stadion Mandala Krida, Yogyakarta.
Dikemas dengan rangkaian acara menarik bertemakan "Merawat Api Sejarah Menuju Indonesia Emas 2045", event ini juga akan dimeriahkan dengan berbagai kegiatan, di antaranya
- Pameran Bonsai (21 Februari–1 Maret),
- Pameran Museum (21 Februari–1 Maret),
- Pameran Tosan Aji (21 Februari–1 Maret),
- Line Dance Fun Competition (23 Februari),
- Upacara Hari Penegakan Kedaulatan Negara (1 Maret),
- Lomba Mewarnai & Menggambar (1 Maret), serta
- berbagai wahana permainan dan pertunjukan.
Salah satu panitia Pasar GEDHE, Setiyo Hartato, mengatakan bahwa event ini bertujuan untuk memperkuat identitas bangsa dan meningkatkan kesadaran akan tanggung jawab dalam meneruskan semangat perjuangan para pahlawan, menjaga persatuan, serta membangun masa depan yang lebih baik bagi Indonesia.
Menengok kembali sejarah, Peringatan Penegakan Kedaulatan Negara merupakan momentum penting untuk mengenang jasa para pahlawan, khususnya dalam konteks Serangan Umum 1 Maret 1949.
Peristiwa bersejarah ini terjadi ketika Tentara Nasional Indonesia (TNI) melancarkan serangan besar-besaran guna merebut kembali Yogyakarta dari kekuasaan Belanda yang berusaha menguasai Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan.
Serangan ini bukan sekadar aksi militer, tetapi juga menjadi simbol perlawanan dan tekad rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan darah dan air mata.
Dalam peristiwa ini, peran Sultan Hamengku Buwono IX, Jenderal Sudirman, dan Soeharto sangatlah krusial.
Sultan Hamengku Buwono IX, sebagai pemimpin Yogyakarta, memberikan dukungan moral kepada para pejuang dan merancang strategi yang melibatkan partisipasi masyarakat. Keberaniannya dalam memobilisasi sumber daya turut berkontribusi pada keberhasilan serangan tersebut.
Sementara itu, Jenderal Sudirman, sebagai Panglima TNI, mengarahkan strategi militer yang efektif. Sedangkan Soeharto, yang saat itu menjabat sebagai Komandan Brigade X Wehrkreise III, turut memperkuat strategi operasional dalam pertempuran.
"Ketiga tokoh ini mampu menyatukan rakyat untuk berjuang bersama dan mengingatkan mereka akan pentingnya mempertahankan kedaulatan negara," ujar Setiyo.