Sejarah Ibadah Haji Indonesia, Fatwa Tidak Wajib Hingga Sempat Gunakan Perahu
Perkembangan Armada yang Digunakan untuk Ibadah Haji
Selain cerita mengenai banyaknya jamaah haji Indonesia yang berada di Makkah, uniknya sejarah ibadah haji Indonesia juga bisa dilihat dari perkembangan armada yang digunakan untuk menuju Makkah.Sebelum ada pesawat, perjalanan untuk melaksanakan ibadah haji terbilang berat dan lama karena para jamaah dari Indonesia menggunakan perahu layar.Bahkan tak sedikit yang menumpang pada kapal dagang dan sering berpindah kapal demi sampai ke Makkah dan menjalankan ibadah haji.Martin Van Bruinessen menyebutkan perjalanan jamaah haji Indonesia menggunakan kapal dimulai dari pelabuhan yang ada di Aceh, lalu kemudian menumpang kapal menuju ke India.Sesampainya di India mereka lantas mencari kapal menuju ke Hadramaut, Yaman atau kapal yang bisa langsung menuju Jeddah.Perjalanan menggunakan kapal ini selain berbahaya juga memakan waktu yang tidak sebentar, yaitu sekitar setengah tahun dalam sekali perjalanan.“Dan para jamaah haji juga berhadapan dengan bermacam-macam bahaya. Tidak jarang perahu yang mereka tumpangi karam dan penumpangnya tenggelam atau terdampar di pantai yang tak dikenalAda jamaah haji yang semua harta bendanya dirampok bajak laut atau bahkan awak kapal perahu sendiri. Musafir yang sudah sampai ke tanah Arab pun belum aman juga karena di sana suku Badui sering merampok rombongan yang menuju Makkah.Tidak jarang juga wabah penyakit melanda jamaah haji selama di perjalanan maupun di tanah Arab. Naik haji pada zaman itu memang bukan pekerjaan ringan,” tulis Martin di penelitiannya.Ditahun 1952, jumlah calon jamaah haji membludak hingga berjumlah 14.000 orang. Hal ini terjadi karena tahun 1947 Indonesia sedang ada dalam keadaan genting.Bahkan seorang tokoh yang sangat berpengaruh di NU yaitu KH Hasyim Asy’ari sempat mengeluarkan fatwa bahwa Muslim di Indonesia tidak wajib ibadah haji ketika negara sedang perang.