Berita , Harianesia , Nasional , D.I Yogyakarta , Artikel
Sekerat Ruang Kerawanan Menjadi Perempuan, Rentan Depresi Hingga Dimutilasi
Alasannya sepele, pelaku yang terancam hukuman mati itu terlilit pinjol dan ingin merampas harta korban.
Seperti kerasukan, Heru malah kelewatan sampai-sampai tega mengeksekusi korban di kamar mandi penginapan.
Ketiga kasus nyata diatas hanyalah sebagian kecil dari ribuan kasus lainnya dengan garis merah korban perempuan yang disampaikan media-media.
Posisi Rawan Perempuan di Lingkungan Sosial
Menanggapi kejadian pembunuhan di atas, menurut Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Sleman, Wildan Solichin mengatakan jika hal itu tidak lepas dari budaya sosial masyarakat yang mendudukkan posisi laki-laki sebagai seorang yang superior.
Sedangkan posisi perempuan sendiri kerap kali sengaja dilemahkan dan menjadi obyek yang disalahkan.
Meskipun banyak yang menggaungkan kesetaraan gender, katanya, perubahan masyarakat untuk menyamakan perempuan sebagai pihak yang memiliki kekuatan dan hak yang sama belum masif.
“Karena relasi kuasa memang demikian, faktornya seperti itu. Itu tidak bisa dipungkiri walau kita menyebarkan semangat kesetaraan gender tapi ketimpangan masih ada,” tegas Wildan.
Wildan mengatakan, terkait kasus bunuh diri yang tak sedikit dilakukan perempuan disebabkan faktor bahwa perempuan memiliki keterbatasan yang bersangkutan dengan perasaan.
Umumnya, perempuan mengutamakan perasaannya dalam menyikapi sesuatu sehingga dari segi mentalitas rentan mengalami stress, depresi, hingga bunuh diri.
“Dari segi mentalnya lebih rentan stres, rentan mengalami tekanan mental, rentan bunuh diri. Kalau bunuh diri karena faktor ketidaktahanan mental,” ucapnya.
Sementara itu Psikolog Klinis dari APDC, Cania Mutia menyampaikan, salah satu faktor yang menyebabkan kejadian bunuh diri yang melibatkan perempuan dikarenakan tingkat depresi yang cukup tinggi.