HARIANE - Fenomena El Nino diprediksi akan muncul pada musim kemarau tahun ini. Akibatnya kemarau akan terasa lebih panjang dan kering.
El Nino akan mempengaruhi banyak bidang terutama pertanian karena lahan yang mengering dan kekurangan sumber air.
Fenomena ini disebabkan banyak hal salah satunya perubahan iklim yang berasal dari aktivitas manusia yang meninggalkan jejak karbon.
Apa itu Fenomena El Nino?
Fenomena El Nino merupakan fase hangat dari siklus suhu Samudra Pasifik, dan El Nino tahun ini dipredisiksi menjadi yang terpanjang dan berdampak pada pola cuaca di seluruh dunia.
Nelayan di lepas pantai Ekuador dan Peru menciptakan istilah El Nino pada abad ke-19 untuk menggambarkan arus air hangat yang secara teratur terbentuk di sepanjang pantai barat Amerika Selatan sekitar Natal.
Kata "El Nino" berarti "anak laki-laki", merujuk pada anak Kristus sedangkan kebalikannya yaitu "La Nina" berarti "anak perempuan".
Peneliti BRIN mengungkapkan bahwa El Nino di Indonesia sudah dimulai sejak periode Mei sampai Juli 2023 dan diwaspadai pada periode Juli sampai September sebagai periode terpanas.
Dampak dari El Nino dapat meningkatkan curah hujan di Amerika Selaran serta kekeringan bahkan kebakaran hutan yang dapat mengganggu ekonomi global.
Tak hanya itu, El Nino dapat menyebabkan rekor gelombang panas baru yang dapat menelan korban jiwa karena tidak tahan dengan suhu udara yang meningkat drastis.
Saat berlangsungnya El Nino, angin pasat melambat dan air hangat di dekat Asia mulai mengalir kembali ke timur melintasi Pasifik, mencapai pantai Amerika Selatan.
Aliran air hangat juga menggerakkan penguapan dan hujan sehingga Asia Tenggara dan Australia cenderung menjadi lebih kering sementara Peru dan Ekuador biasanya mengalami lebih banyak curah hujan.