HARIANE - Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) mengumumkan pada hari ini Kamis, 21 Maret 2024 ada sebanyak enam ABK WNI dinyatakan meninggal dunia akibat kapal tenggelam di Jepang.
Sebuah kapal berbendera Korea Selatan tenggelam di perairan sebelah barat daya Jepang pada Rabu, 20 Maret 2024 pagi akibat cuaca buruk.
Kapal bernama Keoyoung Sun itu membawa muatan 980 ton asam akrilik yang dilaporkan tidak mengalami kebocoran. Meski demikian hingga saat ini pihak berwenang Jepang masih melakukan proses identifikasi.
Terkait dengan jumlah korban, dari 11 ABK yang berada di kapal, BP2MI melaporkan bahwa sebanyak 8 orang meninggal dunia di Rumah Sakit setelah dievakuasi, dan 1 orang berhasil selamat dan masih dilakukan perawatan, sedangkan 2 lainnya masih hilang.
Satu orang selamat tersebut merupakan ABK asal Indonesia atas nama Rian Yudatama (32) asal Cilodong, Kecamatan Depok, Jawa Barat.
Satu di antara ABK yang masih dicari adalah WNI yang bernama Asep Saefudin Zuhri warga Karangwareng, Cirebon, Jawa Barat.
BP2MI pun mengumumkan nama-nama ABK WNI yang meninggal dunia akibat kejadian kapal tenggelam di Jepang, yaitu:
1. Ade Ageng Suparman (31) asal Desa Gatak, Kecamatan Juwiring, Klaten, Jawa Tengah.
2. Muhammad Munir Agung Suhartono (24) asal Kelurahan Pangernanan, Kecamatan Bangkalan, Bangkalan, Jawa Timur. 3. Rosyim (45) 4. Suwatno (48) 5. Yudi Yudiayana Abdullah (46) 6. Rico Maryanto (45)BP2MI pun telah berkoordinasi dengan Dirjen Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri untuk berkomunikasi dengan pihak keluarga korban di Indonesia, dan memastikan hak-hak WNI yang menjadi korban terpenuhi.
Sementara itu dilansir dari laman Yonhap, dua orang ABK meninggal lainnya merupakan warga negara Korea Selatan, termasuk kapten.
Terkait dengan dua ABK yang masih dalam pencarian, media berita Jepang menyebutkan satu telah berhasil ditemukan meski informasi detail soal kondisi maupun status kewarganegaraannya masih belum diketahui.
Kapal tenggelam di Jepang tersebut pada Senin, 18 Maret 2024 berangkat dari Pelabuhan Himeji di Jepang dan sedang dalam perjalanan menuju Pelabuhan Ulsan di Korea Selatan tetapi kemudian menurunkan jangkar di perairan Pulau Mutsure karena gelombang tinggi dan angin kencang.