Gaya Hidup
9 Alasan Seseorang Memilih Bertahan Dalam Toxic Relationship, Membuat Lupa Akan Kebahagiaan Diri Sendiri
Ichsan Muttaqin
9 Alasan Seseorang Memilih Bertahan Dalam Toxic Relationship, Membuat Lupa Akan Kebahagiaan Diri Sendiri
HARIANE - Alasan bertahan dalam toxic relationship seringkali membuat kita membenarkan hal-hal yang tidak benar. Ketika kita terbesit hubungan di masa lalu atau saat ini, dan kemudian bertanya-tanya, " Apakah hubungan tersebut worth it?". Lalu menyadari betapa tidak sehatnya suatu hubungan tersebut.
Atau mungkin kita tidak pernah berada dalam hubungan yang tidak sehat, sehingga tidak tahu alasan bertahan dalam toxic relationship. Tetapi tetap bertanya-tanya ketika seorang teman atau anggota keluarga bertahan dalam hubungan yang jelas-jelas membuat mereka tidak bahagia.
Seringkali, bukan kurangnya kesadaran yang mendasari alasan bertahan dalam toxic relationship dan membuat setiap individu terjebak dalam sebuah hubungan yang tak sehat.
Karena jauh di lubuk hati ada suara yang meronta meminta perhatian untuk memberitahu diri kita dalam menghadapi kebenaran. Tetapi itu semua terkubur karena berbagai ketakutan sehingga sesorang memilih membuat alasan bertahan dalam toxic relationship.
Mengutip dari Psychology Today, jika kita mengalami kesulitan melepaskan hubungan yang tidak sehat, pertimbangkan.
Apakah salah satu dari berbagai alasan bertahan dalam toxic relationship berikut memiliki peran :
1. Takut akan kesendirian dan menganggap bersama siapa pun jauh lebih baik dari pada sendiri Ketakutan menjadi alasan bertahan dalam toxic relationship bagi banyak orang, rasa takut sendirian menjadi motivator yang kuat untuk alasan tetap menjalin hubungan yang melewati batas kemampuan setiap individu. Namun, ketika menjalin hubungan dengan seseorang dan itu tidak cocok, akan merasa lebih sering sendirian karena kita tidak dicintai dan diperhatikan dengan cara yang sesuai dengan kebutuhan setiap individu.BACA JUGA : Ciri-ciri Teman Toxic yang Perlu Diwaspadai, Hati-hati Jangan Sampai Terjebak Dalam Toxic Friendship2. Hubungan tersebut mengaktifkan luka membuat keterikatan, sehingga melepaskan terasa seperti ancaman yang signifikan dan terasa mustahil. Orang dewasa yang tidak konsisten atau yang kebutuhan emosionalnya tidak terpenuhi selama proses perkembangan yang penting, lebih cenderung tertarik terhadap pasangan dengan kualitas yang sama hanya karena merasa begitu akrab. Perasaan tersebut sering kali menjadi alasan bertahan dalam toxic relationship. Karena merasa seolah-olah mereka telah mengenal orang itu “selamanya".