Budaya , D.I Yogyakarta
Apa Itu Wayang Beber? Museum Sekartaji di Jogja Jadi yang Pertama Mengoleksi
Admin
Museum wayang beber Sekartaji di Jogja. (Foto: Wahyu Turi K)
HARIANE - Apa itu wayang beber merupakan pertanyaan yang dilontarkan oleh orang-orang yang belum mengetahui salah satu jenis benda budaya ini.
Penjelasan di bawah ini akan menjawab pertanyaan apa itu wayang beber yang dikoleksi pertama kali oleh Museum Sekartaji Jogja.
Lantas, apa itu wayang beber? Apakah proses pembuatannya berbeda dengan wayang kulit? Berikut informasi selengkapnya.
Apa itu Wayang Beber?
Museum wayang beber Sekartaji merupakan museum pertama di Indonesia yang memiliki koleksi lukisan wayang beber. Terletak di Sumbermulyo, Kapanewon Bambanglipuro, Bantul, Museum wayang beber Sekartaji berdiri sejak 1971, nama Sekartaji berasal dari singkatan ‘Semedi Cakra Jawata Aji’. Hingga saat ini museum wayang beber Sekartaji memiliki ratusan koleksi benda-benda kuno terutama koleksi benda berkebudayaan Jawa.BACA JUGA : Destinasi Kunjungan ATF 2023 di Bantul, Dinpar Pamerkan Warisan Budaya UNESCOWayang beber sendiri merupakan wayang tertua di Indonesia yang dalam metode pertunjukannya dilakukan dengan membentangkan lembaran kertas atau kain untuk menceritakan suatu kisah dan tokoh. Indra Suroinggeno merupakan tokoh dibalik museum wayang beber Sekartaji. Hidup di era modern dimana kebudayaan nenek moyang mulai luntur, Indra memilih untuk menjadi motor penggerak pelestarian budaya. "Kebudayaan Nusantara itu jalan hidup, tanah air ini sudah memberi kita segalanya jadi kita pun seyogyanya melestarikannya dengan budaya. Saya meyakini hidup ini tidak selalu tentang angka tapi sebuah nilai," jelas Indra, Senin 23 Januari 2023. Wayang beber merupakan wayang dimana tokoh dan cerita digambarkan pada selembar kertas dluwang. “Kertas dluwang merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk pesan tekstual (naskah) dan visual (wayang beber) dari masa ke masa,” ujarnya.
Bagaimana Proses Pembuatan Kertas Dluwang untuk Wayang Beber?
Dijelaskan Indra, untuk membuat kertas dluwang menggunakan kulit dari pohon glugu dan membutuhkan proses hingga menjadi lembaran kertas selama kurang lebih tujuh hari. “Prosesnya penebangan dan pemotongan pohon glugu, ngulit (mengelupas bagian kulit) satu hari, merendam satu hari, tempa satu hari, fermentasi dua hari. Kurang lebih tujuh hari sudah jadi kertas,” jelasnya Lebih lanjut ia memaparkan, awalnya kulit dari pohon glugu dimana lapisan kulit ketiga kambium diambil atau dikelupas dan harus direndam selama tidak lebih dari dua hari “Diambil kulit ketiga kambium kemudian direndam selama 1-2 hari, bisa pakai rempah atau tidak,” katanya. Setelah proses perendaman, bahan tersebut kemudian ditempa minimal tiga lapis agar tidak terlihat lagi pori-porinya. Usai proses itu bahan tersebut kemudian difermentasi menggunakan daun pisang selama 2-3 hari hingga mengeluarkan getah kemudian dijemur dan kertas dluwang pun jadi. “Setelah difermentasi kemudian dijemur dan di angin-anginkan terus digosok pakai batu agar hasil kertasnya bagus,” terangnya. Menjadi orang yang melestarikan kebudayaan, Indra berharap lebih banyak lagi generasi muda yang dapat menanamkan minat dan meneruskan nilai-nilai bersejarah yang dimiliki bangsa. Ia pun akan terus memperkuat kecintaannya terhadap salah satu peninggalan nenek moyang ini. “Setiap pulau ada sejarahnya dengan kertas ini, untuk harapan ke depannya akan lebih masif lagi,” pungkasnya.BACA JUGA : Penetapan Hari Wayang Nasional 7 November: UNESCO Akui Jadi Warisan Budaya TakbendaDemikian informasi mengenai apa itu wayang beber dan penjelasan mengenai proses pembuatannya yang dikoleksi Museum Sekartaji Jogja. **** (Kontributor: Wahyu Turi K) Baca artikel menarik lainnya di harianejogja.com
1