Cerpen Mustofa W Hasyim
“Itu gerbang kampung Bapak terbuka, pulanglah Pak. Kembali masuk gerbang kampung sendiri.”
Terpaksa lelaki itu membalikkan badan. Ia gendong cucunya. Masuk kampung sendiri melalui gerbang yang terbuka. Begitu masuk kampung, anak perempuan itu minta diturunkan dari gendongan. Ia sebenarnya sudah bisa berjalan kaki, walau agak tertatih.
Lelaki setengah baya itu menggandeng cucu, menuju lapangan badminton di depan Balai RW. Biasanya di pinggir lapangan ada orang menjual makanan dan banyak anak bermain.
Begitu muncul dari balik belokan lorong kampung, sampai di depan lapangan badminton, lelaki setengah baya dan cucunya kaget. Mereka melihat Pak RW dan Bu RW menggandeng cucu yang sejak kemarin diajak menginap di rumah Pak RW oleh orngtuanya yang tinggal di kampung lain. Pak RT dan Bu RT malah mengajak dua cucu kembar yang hari itu berlibur di kampung itu.
Lalu ada Pak RT dan Bu RT lain yang masing-masing membawa kereta dorong karena cucunya masih belum bisa berjalan. Lik Karman dan Isterinya dengan bangga memamerkan cucu lelakinya yang gembira, tidak menangis. Malahan nekek tua yang hampir berantem dengan lelaki itu juga mengajak cucu dan buyutnya sebanyak lima anak.
“Selamat datang anak manis,” kata Bu RW menyambut cucu lelaki setengah baya.
Anak-anak lain, cucu-cucu warga dan pemimpin kampung itu berlari mendekat. Yang masih di kereta dorong, kereta dorongnya didorong mendekat. Semua anak menyalami cucu lelaki itu, yang anehnyatidak menangis begitu diajak bersalaman.
“Selamat ulang tahun, kami ucapkan!”
Mereka menyanyikan lagu ulang tahun sambil mengelilingi anak perempuan itu. Semua bertepuk tangan sambil menari. Cucu lelaki itu ikut menari dan tertawa gembira.
Bu RT membuka kotak kardus, mengeluarkan susu kotak dan biskuit. Dibagi kepada semua anak yang berkumpul di lapangan badminton depan Balai RW.
Lelaki setengah baya itu bersyukur. Niatnya untuk memamerkan cucunya, disambut oleh orang lain juga dengan memamerkan para cucu. Dan cucu-cucu mereka tidak suka menangis tetapi lebih suka gembira dan menari. Bahkan Pak RT yang kemarin iseng membuka catatan penduduk kampung membocorkan hari ulang tahun anak perempuan itu dan merencanakan membuat acara ulang tahun.
Dia berembug lewat WA dengan Pak RW dan Bu RW, juga Pak RT dan Bu RT di lingkungan RW yang kemudian disuruh dengan diam-diam besuk paginya sama-sama memamerkan cucunya yang lucu dan suka bergembira untuk menyambut cucu lelaki setengah baya yang berulang tahun.