Cerpen Mustofa W Hasyim
Mereka yakin kalau pada Ahad pagi itu, lelaki setegnah baya bersama cucunya akan muncul. Lelaki yang isterinya setiap pagi sibuk berjualan makanan di pasar Ngasem itu pasti akan memamerkan cucunya di lapangan badminton. Dan benar, itulah yang terjadi.
Cucu dari seorang polisi yang sudah pensiun, dia masih sekolah TK kelas B di kampung itu, tiba-tiba berkata lantang,” Mari kita pawai keliling kampung. Kirab gembira menyambut ulang tahun Mbak Dina ini. Setuju?”
“Setuju.”
Semua anak dan para pengantar setuju. Cucu polisi itu mengatur barisan teman-temannya. Ia biasa mengatur barisan teman-teman TK ketika sebulan sekali berpawai keliling kampung. Semua anak menurut. Lelaki itu berani melepas cucunya berjalan sendiri karena digandeng oleh cucu Pak RW yang umurnya lebih tua.
“Teman-teman. Asyiknya kita pakai yel-yel kalu pawai. Setuju?”
“Setuju.”
“Kalau setuju ini yelnya.”
Cucu polisi itu meneriakkan yel-yel yang segera diikuti anak-anak lain.
“Kami tidak takut sirine ambulan! Kami tidak takut sirine ambulan!”
“Kami tidak takut sirine!”
“Kami tidak takut ambulan!”
“Kami tidak takut virus!”