Budaya , Jateng
Ekosistem Dalang Wayang Kulit di Kota Semarang, Ki Mulyono Hardjo Widodo: Jangan Primordial Terhadap Sebuah Karya dan Kesenian
Dalam kesempatan wawancara dengannya, Ki Mulyono memperlihatkan salah satu koleksi miliknya, yaitu wayang 'Buto Cakil'.
"Ini mas salah satu koleksi saya, Buto Cakil. Ini dibuat 25 tahun yang lalu, dan kualitas bahannya sangat baik. Kalau dijual itu Wayang buatan saya paling murah 2,5 Juta," tuturnya.
Ki Mulyono merupakan salah satu pengrajin Wayang Kulit di Kota Semarang yang sukses, serta Dalang yang telah berkarir hingga mentas di Jerman. Dirinya juga mendapatkan beberapa penghargaan, seperti Juara 2 Pengrajin Wayang Nasional.
Dalang Wayang Kulit di Kota Semarang; Masihkah Tetap Tumbuh dalam Masyarakat Urban?
Dalam suatu wawancara Hariane dengan Dalang muda sekaligus pengurus sanggar Teater Lingkar Semarang, Ki Sindhunata Gesit, Pedalang cilik di Kota Semarang punya banyak potensi.
Sanggar Teater Lingkar Semarang bahkan membuka kursus kesenian karawitan dan dalang, sebagai salah satu kontribusi untuk melestarikan para penutur Wayang.
Sanggar tersebut membuka latihan bagi kesenian Wayang dan Karawitan setiap hari Minggu, dan rutin sebagai sarana anak-anak untuk mengenali budaya dan keseniannya.
Banyak Dalang-dalang muda lahir dari sanggar yang terletak di Kedungmundu, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah. Sanggar ini juga kerap mentas atau menanggap di Taman Budaya Raden Saleh, Semarang setiap malam Jumat Kliwon.
"Pedalang cilik yang mengikuti kontes se-Jawa Tengah ini, kuotanya sampai habis mas. Artinya ekosistemnya masih bagus dan terawat," ujar Ki Sindhunata Gesit.
Senada dengan apa yang dibicarakan oleh Ki Mulyono, para peminat pentas wayang memang tidak begitu banyak cakupannya. Namun, para penuturnya dan peminatnya masih tetap ada dan tersegemntasi dengan baik.
Pemerintah juga masih terus berupaya dan memerhatikan setiap detail perkembangan seni Wayang, khususnya Wayang Kulit yang beberapa tahun sempat heboh karena klaim dari negara Malaysia