Jateng
Cerita Kampung Bahari Tambaklorok Semarang, Nasib Para Nelayan dan Kelumit Hidup di Atas Ombak Kota Atlas
HARIANE - Kampung Bahari Tambaklorok atau kampung nelayan Tambaklorok merupakan salah satu wilayah di Semarang yang memiliki banyak kisah menarik.
Masyarakatnya yang sebagian besar merupakan nelayan tersebut, memiliki cerita-cerita yang jarang didengarkan kepada khalayak. Terutama yang ingin mengenal lebih banyak tentang kehidupan pesisir.
Kampung Tambaklorok terletak dekat Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang. Jantung pelayaran di Kota Atlas yang menjadi hilir mudik ratusan kapal.
Secara administratif kawasan Tambaklorok termasuk bagian dari kelurahan Tanjung Mas, Semarang Utara.
Kawasan dengan luas ±84,48 hektar ini terbagi kedalam 2 wilayah yaitu wilayah Tambak Mulyo di sebelah barat dan Tambak Rejo di sebelah timur.
Kisah Kampung Bahari Tambaklorok Semarang: Berdirinya Mushola Nurul Hikmah dan Sejarah Kampung Asu
Kampung ini memiliki kisah unik dan sejarah menarik mengenai etnis muslim, salah satunya tentang berdirinya Mushola Nurul Hikmah dan Kampung Anjing (Asu).
Dua kisah ini ada semenjak berdirinya Kampung Nelayan Tambaklorok di Semarang. Anggota Komunitas Nelayan Tradisional Indonesia, sekaligus pengelola pasar Ikan Tambaklorok, Amron, menjelaskan bahwa dahulu masyarakat di dominasi oleh etnis Kristen.
Dalam penuturannya, Amron menjelaskan keterkaitan tersebut dengan adanya Kampung Anjing atau 'Asu' dalam bahasa Jawa.
"Dulu mas di sini (Kampung Tambaklorok) itu banyak yang memelihara Anjing, sehingga disebut sebagai Kampung Asu. Lalu, dibangunlah sebuah Mushola yang digagas bersama warga sekitar," ucap Amron.
Masyarakat yang semula didominasi Kristen berangsur berkurang, seiring berkembangnya zaman dan pola hidup orang-orangnya.