HARIANE - Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul menyeut hingga pertengahan tahun 2024 ini tercatat ada 15 kasus leptospirosis yang ditemukan di Kabupaten Gunungkidul. Tidak ada kasus kematian akibat penyakit yang disebabkan oleh kencing tikus tersebut, kendati demikian pihaknya terus menghimbau masyarakat agar waspada dan tetap menerapkan pola hidup sehat.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dan Zoonosis, Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinkes Gunungkidul, Yuyun Ika Pratiwi mengungkapkan, pada 15 kasus yang terjadi 6 bulan ini tidak ada kasus yang menyebabkan kematian. Adapun semua pasien yang dilarikan ke fasilitas kesehatan tertangani dengan baik.
"Bersyukur dari 15 kasus leptospirosis ini tidak ada kasus kematian," kata Yutun Ika Pratiwi saat dikonfirmasi.
Meski saat ini memasuki musim kemarau, namun pihak Dinkes menghimbau kepada masyarakat umum tetap mewaspadai penyebaran kasus ini. Utamanya para warga yang berada di lahan pertanian basah, sebab penyebaran penyakit ini berada di lahan yang berair.
"Agar petani menggunakan alat pelindung diri khususnya jika terdapat luka di area kaki. Selama ini, kasus leptospirosis dan DBD hampir sama, terjadi di musim penghujan dengan gejala yang hampir sama juga," imbuh dia.
Lebih lanjut diungkapkan oleh Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Gunungkidul, Sidiq Hery Sukoco. Upaya pencegahan terhadap penyebaran leptospirosis dapat dilakukan dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Selain itu, pada saat beraktifitas di ladang juga menggunakan pelindung kaki.
"Pada prinsipnya kami terus memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai antisipasi dan mengenali gejala yang timbul apabila terpapar penyakit ini. Dengan edukasi yang diberikan ini diharapkan mampu meminimalisir paparan penyakit tersebut terhadap manusia," pungkasnya.
Berdasarkan data dari tahun ke tahun, 2017 lalu yang mencapai 64 kasus dalam setahun. Pada tahu tersebut, tercatat ada 16 orang yang meninggal dunia. Data yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, setelah 2017 dengan kasus penderita dan kematian yang tinggi kemudian ada penurunan yang signifikan.
Dimana pada 2018 terdapat 16 kasus dengan kematian 1 penderita, tahun 2019 ada 9 kasus dengan 2 penderita meninggal, dan tahun 2020 6 kasus leptospirosis 1 meninggal dunia. Tahun 2021 mulai mengalami peningkatan kembali, yaitu terdapat 17 kasus dengan angka kematian 4 orang, tahun 2022 lalu ada 31 kasus dengan 4 kasus kematian, dan di tahun 2023 kemarin terdapat 84 kasus dengan kasus kematian 4 orang.
Berdasarkan pemetaan yang dilakukan, ada tujuh wilayah yang menjadi sering ditemukan kasus leptospirosis diantaranya Karangmojo, Patuk, Gedangsari, Ponjong, Saptosari, Panggang, dan Tanjungsari.