Budaya
Jangan Coba-coba Tidur di Dalam Masjid Sunan Kalijaga Girisekar Gunungkidul, Masjid yang Tak Mempan Dibakar
HARIANE - Kisah penyebaran Islam di Gunungkidul memang tak lepas dari sosok salah seorang wali, Sunan Kalijogo. Hampir di setiap sudut Gunungkidul, banyak ditemukan situs ataupun benda cagar budaya yang dipercaya peninggalan Sunan Kalijaga.
Beberapa tempat seperti sendang, petilasan ataupun masjid dijumpai di sejumlah kapanewon (kecamatan) di Gunungkidul. Setiap tempat tentu berkembang cerita misteri baik kala Sunan Kalijaga di tempat tersebut ataupun cerita lainnya.
Salah satunya adalah Masjid Sunan Kalijaga yang ada di Dusun Blimbing Kalurahan Girisekar Kapanewon Panggang Gunungkidul. Masjid tersebut sampai saat ini masih kokoh berdiri meskipun sudah mengalami beberapa kali perbaikan atau renovasi.
Dari luar, masjid ini memang mirip dengan yang lainnya. Hanya saja yang membedakan adalah tiang-tiang yang ada di bangunan utama masjid. Di mana masjid ini memiliki 4 tiang yang berfungsi untuk menyangga atap tempat mustaqa (kubah) masjid.
Sesepuh warga Dusun Blimbing, Atemo Sentono mengatakan tidak ada yang tahu pasti kapan masjid tersebut didirikan. Hanya saja, berdasar cerita tutur yang diterimanya dari para pendahulu, pertama kali bangunan yang didirikan bukan merupakan masjid, melainkan tajuk. Tajuk adalah bangunan kecil untuk beribadah, yang dindingnya terbuat dari anyaman bambu.
"Tajuk didirikan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga, untuk tempat beribadah Ki Pemanahan,"cerita Mbah Atemo.
Di sisi kanan atau sebelah selatan tajuk, ada sebuah sumur dengan kedalaman 15 meter. Dulu, sebelum direnovasi oleh warga, sumur ini tidak pernah mengering sekalipun di musim kemarau panjang. Namun usai direnovasi, justru sumur tersebut bisa mengering ketika kemarau panjang melanda.
Dua bangunan inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Masjid Sunan Kalijaga. Dua bangunan ini juga masih ada dan berfungsi dengan baik. Sumur tersebut masih dimanfaatkan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sekaligus untuk kebutuhan masjid.
"Sumur itu pernah dibangun atau diperbaiki. Kalau masjid sudah dua kali dibangun,"terang dia.
Atemo menceritakan, Ki Ageng Pemanahan atau yang memiliki nama muda Ki Bagus Kacung, berada di wilayah tersebut untuk menjalankan semedi demi mencari petunjuk mengenai wahyu keraton atas arahan Sunan Kalijaga. Ki Bagus Kacung itu bersemedi atau bertapa di sebuah bukit dan oleh Sunan Kalijaga dibangunkan sebuah Tajuk untuk tempat sholat Ki Ageng Pemanahan.
Selain memiliki cerita tentang Ki Ageng Pemanahan dan juga Kanjeng Sunan Kalijaga, masjid ini juga dipercaya sakral. Bahkan di jaman penjajahan Belanda masjid ini tak mempan dibakar meskipun hanya berdinding anyaman bambu dan beratap genting dengan tiang dan kuda-kuda juga dari bambu.
Bahkan Belanda sudah berkali-kali membakar Tajuk tersebut dengan berbagai cara namun selalu gagal. Kala itu, orang Belanda marah karena ketika hendak memburu orang yang dianggap bersalah, setiap kali bersembunyi di dalam tajuk selalu selamat. Melalui mata-mata Belanda, barulah diketahui bahwa tempat persembunyiannya berada di dalam tajuk.