HARIANE - Bank Indonesia merilis data Utang Luar Negeri Indonesia untuk periode Februari 2024 mengalami kenaikan sebesar 1,4% (yoy).
Utang Luar Negeri Indonesia Februari 2024 tercatat sebanyak 407,3 miliar Dolar AS, yang meningkat jika dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya yang tumbuh 0,2% (yoy).
BI mengungkapkan salah satu faktor naiknya jumlah ULN Indonesia adalah karena pelemahan mata uang Dolar AS terhadap beberapa mata uang di dunia, termasuk terhadap Rupiah.
Selain itu BI juga mencatat Utang Luar Negeri pemerintah pada periode yang sama tercatat sebesar 194,8 miliar Dolar AS atau tumbuh 1,3% (yoy) yang naik dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yaitu 0,1% (yoy).
ULN pemerintah tersebut digunakan untuk membiayai beberapa program dan juga proyek pemerintah. ULN memang merupakan salah satu komponen instrumen dalam pembiayaan APBN untuk pembangunan negara.
Pembiayaan program dan proyek dalam sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial memakan porsi paling banyak dari jumlah pinjaman, yaitu sebesar 21,1% dari total ULN pemerintah.
Sedangkan sektor lainnya mendapat jatah yaitu aministrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (18,1%), jasa pendidikan (16,9%), konstruksi (13,7%), serta jasa keuangan dan asuransi (9,7%).
Sementara itu Utang Luar Negeri swasta tercatat sebanyak 197,4 miliar Dolar AS yang mengalami kontraksi sebesar 1,3% (yoy).
Kontraksi jumlah ULN itu berasal dari lembaga keuangan (financial corporations) dan perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations), masing-masing sebesar 1,3% (yoy).
Menurut BI, ULN swasta terbesar berasal dari sektor industri pengolahan, yang ditambah dengan sektor jasa keuangan dan asuransi, pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin, serta pertambangan dan penggalian, yang memakan porsi 78,3% dari total ULN swasta.
Utang Luar Negeri Indonesia Naik, BI Tetap Optimis
Meski mengalami kenaikan, Bank Indonesia menyebut ULN relatif aman dan terkendali karena sebagian besar ULN memiliki tenor jangka panjang.