HARIANE – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut seluruh wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami cuaca panas terik yang begitu menyengat selama beberapa hari terakhir.
Hal tersebut dikarenakan monsun Asia mulai melemah dan monsun Australia mulai aktif, sehingga mengindikasikan sedang terjadi peralihan musim dari musim penghujan ke musim kemarau.
"Monsun Australia ini bersifat kering yang berakibat pada cuaca siang hingga sore hari cenderung terik diiringi dengan peningkatan suhu," kata Prakirawan BMKG DIY, Hendy Andriyanto saat dihubungi, Senin (28/04/2025).
Menurutnya, peningkatan suhu udara ini berdampak pada intensitas curah hujan di daerah. Akan tetapi, keadaannya belum sepenuhnya stabil, sebab saat ini pola transisi musim masih berlangsung.
Sehingga bisa saja pagi hingga sore panas terik, kemudian di malam harinya justru terjadi hujan ringan ataupun hujan lebat.
Berdasarkan pencermatan yang dilakukan, suhu di masing-masing kabupaten di DIY bervariasi, berkisar dari 22 derajat Celsius sampai dengan 33 derajat Celsius.
Ia mengimbau kepada masyarakat di DIY untuk selalu memperbarui informasi cuaca terkini melalui situs resmi BMKG, aplikasi InfoBMKG, atau media sosial @infoBMKG.
Selain itu, pada kondisi cuaca seperti ini masyarakat diminta memperhatikan pola makan yang sehat dan bergizi. Sebab perubahan suhu yang drastis dapat mempengaruhi daya tahan tubuh.
"Kemudian waspadai perubahan cuaca yang cepat, terutama saat pagi hingga siang hari yang panas dapat diikuti hujan deras pada sore atau malam hari. Amankan lingkungan sekitar, pastikan tidak ada benda yang mudah terbawa angin kencang, dan saat terjadi hujan hindari berteduh di bawah pohon atau baliho yang rapuh," tandasnya.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta memprediksi musim kemarau di Bumi Handayani akan mulai pada dasarian III April 2025, meliputi wilayah Gedangsari, Patuk, Nglipar, Ngawen, Semin, Ponjong, dan sebagian Karangmojo.
Selanjutnya, pada Dasarian I (awal) Mei, kemarau akan masuk di wilayah Gunungkidul bagian tengah dan selatan seperti Playen, Wonosari, Paliyan, Saptosari, Tanjungsari, Tepus, Girisubo, Rongkop, sebagian Karangmojo, dan Ponjong.
"Musim kemarau tahun ini diprakirakan netral, tetapi sifat hujannya atas normal sehingga lebih basah daripada biasanya. Puncak kemarau diprediksi akan terjadi pada Juli mendatang dan akhir musim kemarau diprediksi akan terjadi pada Dasarian III September sampai dengan Dasarian II Oktober 2025," ucap Kepala Stasiun Klimatologi DIY, Reni Kraningtyas.