HARIANE – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi awal musim kemarau di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan terjadi mulai dasarian III April atau akhir bulan April. Berikut ini prediksi wilayah yang akan segera memasuki musim kemarau.
Kepala Stasiun Klimatologi DIY BMKG Yogyakarta, Reni Kraningtyas, mengatakan pada dasarian III April, wilayah yang akan memasuki musim kemarau di antaranya sebagian besar Kabupaten Kulon Progo (kecuali Kapanewon Samigaluh dan Kalibawang), serta seluruh Kemantren di Kota Yogyakarta.
Kemudian, seluruh kapanewon di Kabupaten Bantul dan sebagian kapanewon di Gunungkidul juga diperkirakan akan masuk musim kemarau, di antaranya Gedangsari, Patuk, Nglipar, Ngawen, Semin, Ponjong, dan sebagian Karangmojo.
Selanjutnya, pada dasarian I (awal) Mei, wilayah Kabupaten Sleman yang diperkirakan mulai memasuki musim kemarau meliputi Turi, Pakem, Cangkringan, Sleman, Ngaglik, Minggir, Moyudan, dan sebagian Tempel.
Sementara dasarian II Mei meliputi Gunungkidul bagian tengah dan selatan seperti Playen, Wonosari, Paliyan, Saptosari, Tanjungsari, Tepus, Girisubo, Rongkop, sebagian Karangmojo, dan Ponjong.
"Dasarian III Mei atau akhir Mei baru masuk Samigaluh dan Kalibawang," ucap Reni Kraningtyas saat dihubungi, Sabtu (12/04/2025).
Ia menjelaskan bahwa musim kemarau tahun ini diprakirakan bersifat netral. Masih dimungkinkan terjadi hujan di wilayah-wilayah tertentu. Oleh karena itu, warga DIY diimbau untuk tetap siaga menghadapi musim kemarau.
"Kemarau saat ini diprakirakan netral, tetapi sifat hujannya atas normal sehingga lebih basah daripada biasanya," jelasnya.
Puncak kemarau diprediksi akan terjadi pada Juli mendatang. Sementara akhir musim kemarau diperkirakan terjadi pada dasarian III September hingga dasarian II Oktober 2025.
Cuaca di Gunungkidul dan kabupaten/kota lainnya di DIY belakangan ini tidak menentu. Pada pagi hingga menjelang siang, terik matahari terasa menyengat, namun siang hingga sore justru mendung dan disertai hujan lebat.
Kondisi ini, menurut Reni, disebabkan karena seluruh wilayah DIY sedang mengalami masa pancaroba atau peralihan.
Salah satu faktor yang memengaruhi cuaca tidak menentu ini adalah adanya bibit siklon tropis 96S yang terpantau sejak 9 April dan kini telah menjadi siklon tropis.