Salah seorang pemilik sapi lain, Indra Setiyawan mengatakan, ada penurunan harga sapi, contohnya harga Rp 15 juta per ekor jadi Rp 11 juta. Penurunan harga ini sudah dirasakan sejak sepekan terakhir.
Selain itu, calon pembeli juga mengalami penurunan yang signifikan akibat adanya wabah PMK.
"Sekarang lebih baik ditahan dulu daripada dijual dengan harga seperti itu. Dan, sekarang lebih fokus agar sapi tidak tertular PMK, Alhamdulillah di wilayah kami masih aman," kata Indra yang juga dukuh Temu Ireng II ini.
Sebelumnya, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Gunungkidul mencatat, hingga akhir Desember 2024, sebanyak 457 sapi berstatus suspek Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), 42 diantaranya mati.
Angka tersebut menunjukkan bahwa wabah PMK yang menyerang sejumlah ternak sapi di Kabupaten Gunungkidul semakin meluas.
Kepala DPKH Gunungkidul Wibawanti Wulandari mengungkapkan, kasus PMK telah tersebar di hampir seluruh kapanewon di Kabupaten Gunungkidul.
“Dari laporan dan pendataan yang kami terima, kasus PMK sudah menyebar luas. Kami terus mengimbau peternak untuk segera melaporkan jika sapinya sakit atau mati agar bisa ditangani secepatnya,” kata Wibawanti saat dihubungi hariane. ****