Berita , D.I Yogyakarta
Daya Beli Menurun, Warga Keluhkan Kenaikan Elpiji Jadi Rp 18 Ribu
HARIANE - Kenaikan harga eceran tertinggi (HET) elpiji sebesar Rp 18 ribu dari semula Rp 15 ribu dikeluhkan oleh sejumlah konsumen di wilayah Kabupaten Bantul. Pasalnya, ditengah kenaikan elpiji masyarakat sedang mengalami penurunan daya beli.
Salah seorang warga Bantul, Isti warga Pleret mengaku keberatan dengan naiknya HET elpiji. Sebab, dengan kenaikan tersebut harga elpiji eceran bisa mencapai Rp 23 ribu sampai 25 ribu per tabung.
Perempuan yang sehari-harinya berjualan makanan ini khawatir jika harga elpiji naik, akan menambah biaya produksi usahanya. Sementara, ia tak bisa menaikkan harga dagangannya ke konsumen.
"Kalau sekarang harganya sekitar Rp 20 ribu. Mungkin nanti, bisa Rp 25 ribu," katanya, Selasa, 10, Desember, 2024.
"Tentu bagi kami pedagang kecil tidak bisa berbuat apa-apa. Selain menerima, meskipun ini cukup memberatkan kami," ucapnya.
Tak hanya Isti, keluhan serupa juga diungkapkan oleh Anang, pemilik pangkalan elpiji di Selopamioro, Imogiri. Sebab, kenaikan tersebut berpotensi mengurangi penjualan karena kurangnya daya beli masyarakat.
"Kalau pangkalan itu seminggu ada jatah. Kalau saya seminggu harus bisa habis seratus tabung, sementara sekarang daya beli menurun. Jualan seratus tabung saja susah," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Perdagangan Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan (DKUKMPP) Kabupaten Bantul, Zona Paramitha mengakui jika pihaknya telah menerima edaran terkait SK Gubernur DIY yang menaikkan HET gas elpiji 3 kilogram dari Rp15.500 menjadi Rp18.000. Kebijakan kenaikan HET tersebut mulai diberlakukan pada Selasa hari ini.
Menurut Zona, hingga saat ini jumlah agen elpiji di seluruh Bantul sebanyak 26 agen tersebar di 17 kapanewon, sementara jumlah pangkalan elpiji sekitar 2.000 pangkalan yang tersebar se-Bantul.
"Untuk sementara kami akan memonitor pelaksanannya. Apakah ada gejolak atau tidak di lapangan," jelasnya.****