HARIANE - Siapa sangka, sampah kayu dan ranting yang tidak memiliki nilai ekonomi dan terkesan mengotori justru menjadi karya seni bernilai tinggi.
Di tangan Sukito, warga Dusun Wonotingal, Kalurahan Poncosari, Kapanewon Srandakan, Bantul kayu-kayu tersebut disulap menjadi lukisan tiga dimensi atau 3D.
Laki-laki berusia 41 tahun itu mengaku membuat kerajinan-kerajinan ini atas dasar suka. Tepatnya sekitar tahun 2022 ia mulai mengumpulkan sampah kayu yang terbawa arus laut untuk dibawa pulang.
"Memang karena suka, pertama itu mengumpulkan kayu-kayu, tapi kalau angan-angan (membuat kerajinan) itu sudah ada," katanya saat ditemui di rumahnya, Selasa, 06 Agustus 2024.
Setelah bahan-bahan itu terkumpul, ia lanjut menyusunnya menjadi bentuk seperti yang ada di dalam bayangannya.
Ia bahkan banyak terinsipirasi dari tempat tinggalnya yang berada di Kabupaten Gunungkidul yang memiliki pemandangan perbukitan dan pantai nan indah.
"Karena saya orang Gunungkidul, jadi inspirasinya itu gunung, air, pantai," ucapnya.
Butuh waktu sekitar 1 bulan bagi Sukito untuk bisa merampungkan satu karya. Sebab, terkadang ia kehilangan ide sehingga harus menghentikan sementara proses penyusunan kayu-kayu tersebut. Ia akan memulai kembali ketika suasana hatinya sedang senang.
"Kalau buat munculin ide, saya sering ngobrol sama teman-teman, kan nanti suasana hati kembali senang. Itu nanti muncul (ide) sendiri," ujarnya.
Sejauh ini, sudah ada tujuh karya yang berhasil ia ciptakan. Karya-karyanya memvisualisasikan ide pemandangan beberapa pantai, seperti Pantai Kukup, Taman Watu di Gunungkidul dan Bukit Parangtritis, di Kretek, Bantul.
"Sama ada satu rumah saya sendiri," katanya.
Soal harga, Sukito tak memberikan banderol tertentu. Ia bahkan membebaskan siapapun untuk menjual karyanya.