HARIANE - Hingga saat ini, mayoritas masyarakat di Kabupaten Gunungkidul masih memanfaatkan telaga untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Namun, di masa musim kemarau ini, hampir seluruh telaga di Kabupaten Gunungkidul mengalami kekeringan.
Fenomena ini membuat banyak masyarakat merasa resah dan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari.
Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Pemukiman (DPURPKP) Gunungkidul, Sigit Swastono, mengatakan bahwa hampir 95 persen dari total 359 telaga yang ada di Gunungkidul mengalami kekeringan.
"Secara jumlah kami tidak bisa menghitung berapa yang kering, namun pantauan kami di lokasi menunjukkan sekitar 95 persen dalam kondisi kering," kata Sigit saat ditemui di kantornya, Jumat (18/10/2024).
Dijelaskannya, sebagian besar masyarakat masih menggunakan cara-cara tradisional untuk mengambil air dari telaga. Di antaranya, mengambil air menggunakan ember atau galon untuk kemudian dibawa ke rumah masing-masing dan digunakan untuk mencuci maupun mandi.
Selain itu, masyarakat juga memanfaatkan telaga sebagai tempat pemancingan dan sumber irigasi pertanian. Tidak sedikit warga menabur benih ikan air tawar dengan tujuan untuk pemancingan.
Telaga di Gunungkidul yang rata-rata berukuran 10 x 30 meter tersebut otomatis mengering jika tidak diguyur hujan selama beberapa bulan. Hal ini dikarenakan mayoritas telaga hanya berfungsi sebagai tempat menampung air hujan.
"Kalau tampungan air berkapasitas besar, tetapi jika musim kemarau pasti kering. Biasanya dapat terisi penuh setelah hujan terjadi secara berturut-turut selama sebulan," tambahnya.
Namun, sejumlah telaga yang memiliki aliran sumber air sendiri mampu bertahan saat musim kemarau melanda, seperti Telaga Jonge, Mumang, Winong, Thowet, Ngamberan, dan Mboromo. Mayoritas air dari telaga tersebut berasal dari mata air.
Untuk menjaga ekosistem dan keberadaan telaga, DPURPKP Gunungkidul berupaya melakukan sejumlah program rehabilitasi, baik pendangkalan maupun membuat tanggul.
"Kalau sudah mengering, biasanya telaga dialihfungsikan untuk dijadikan lapangan olahraga maupun kegiatan lainnya oleh masyarakat," paparnya.
Menurut salah satu warga Padukuhan Piyaman 1, Kalurahan Piyaman, Kapanewon Wonosari, Gunungkidul, Sarifudin (54), telaga yang berada di wilayahnya telah mengering selama sekitar enam bulan. Telaga Piyaman 1 tersebut sering kali dimanfaatkannya bersama warga lain untuk pemancingan.