HARIANE - Mungkin bagi sebagian orang alovera atau lidah buaya hanya dikenal sebagai tanaman hias di pekarangan rumah. Namun di tangan orang yang kreatif, lidah buaya dapat disulap menjadi olahan makanan dan minuman yang memiliki nilai jual.
Seperti yang dilakukan oleh Alan Efendi, warga Padukuhan Jeruklegi, Kalurahan Katongan, Kapanewon Nglipar. Ia sukses membuat minuman dan makanan dari lidah buaya yang digandrungi oleh konsumen.
Sejak beberapa lalu, tepatnya selepas Alan berhenti berkerja di Ibu Kota, ia pulang ke tanah kelahirannya untuk memulai usaha rumahan. Saat itu ia hanya mencari referensi di internet dan ia tertarik untuk pengolahan lidah buaya. Pemuda tersebut kemudian mencari bibit lidah buaya untuk dikembangkan di rumahnya.
Beberapa bulan ia tanam lidah buaya siap diolah menjadi makanan dan minuman. Pertamakalinya ia ubah tanaman dengan segudang manfaat tersebut menjadi minuman yang menyegarkan tenggorokan penikmatnya.
"Sudah sejak beberapa tahun lalu saya kembangkan usaha pengolahan aloevera menjadi nata de aloevera ini. Alhamdulillah respon pasar luar biasa sekali," terang Alan Efendi.
Dari bulan ke bulan usahanya semakin maju. Jatuh bangun merintis usaha telah ia alami utamanya saat pandemi covid namun berkat kegigihannya usaha ini pun masih terus eksis hingga sekarang. Bahkan dalam sebulan, ia mampu memproduksi sekitar 2500 pack nata de aloe vera, 1.250 kemasan premium (botol) minuman, dan olahan aloe vera lainnya.
Di bulan Ramadhan kemarin, permintaan pasar mengalami peningkatan yang luar biasa yaitu mencapai 200 persen dibandingkan dengan hari biasanya.
"Peningkatan pasaran 200 persen seperti bulan Ramadhan sebelumnya," ucapnya.
Untuk harga sendiri cukup bervariasi. Masing-masing memiliki harga pasar sendiri. Produknya tersebut selain dipasarkan di wilayah Gunungkidul sebagai buah tangan khas dan produksi aslo Gunungkidul juga dipasarkan ke berbagai wilayah di luar Jawa.
"Kalau Sumatera itu ke Bengkulu, Palembang, Lampung, dan Medan. Pulau Bali, dan Pulai Sulawesi seperti Gorontalo dan Palu," paparnya.
Dari proses pembibitan aloe vera hingga proses produksi dan packing ia dibantu oleh para ibu-ibu rumah tangga di daerahnya. Pemberdayaan masyarakat lokal benar-benar ia terapkan. Tiap-tiap rumah warga berjejer pot ditanami aloevera. Bahkan pekarangan kosong pun juga banyak digunakan warga untuk menanamnya.
"Untuk pembibitan dan budidaya sampai aloevera bekerjasama dengan warganya, bibit aloe vera ditanam di lahan pekarangan warga. Produksi dan packing pun juga memberdayakan warga sini," jelasnya.