HARIANE- Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) tengah mewabah di beberapa daerah. Tentunya hal ini menjadi pilu bagi peternak serta petani.
Bagaimana tidak, mereka harus menelan kerugian hingga puluhan juta karena sapi mati maupun tak laku di jual.
Salah seorang warga Polaman, Kalurahan Pampang, Kapanewon Paliyan, Gunungkidul, Suryadi mengatakan Desember lalu PMK merebak di wilayah tersebut.
Sejumlah ternak mati akibat penyakit ini dan beberapa diantaranya sakit hingga tidak bisa bergerak maupun makan. Dengan kondisi tersebut para pemilik ternak mengalami kerugian hingga jutaan rupiah.
"Sapi milik saya yang mati satu. Dulu saat beli bakalan saya pinjam bank Rp 30 juta, saya belikan 2 ekor sapi niatnya untuk investasi dan jagan (tabungan) kalau sewaktu-waktu bayar sekolah atau ada kebutuhan mendesak bisa saya jual," papar Suryadi.
Namun sayangnya, niat itu justru baru berjalan sementara waktu. Sapinya justru terpapar PMK dan mati. Sehingga dirinya mengalami kerugian hingga jutaan rupiah.
"Jadi awalnya itu susah makan, setelah saya lihat-lihat di mulutnya itu keluar liur banyak sekali dan sapi ini susah berdiri. Saya panggilkan dokter namun selang beberapa waktu kemudian sapinya mati," imbuhnya.
Di wilayahnya, PMK ini hampir merata. Beberapa memilih untuk tidak memelihara sapi terlebih dahulu, sebab mereka takut penyakit ini semakin merebak. Selain sapi mati, warga juga banyak yang rugi sebab harga ternak sendiri mengalami penurunan yang signifikan.
Dicontohkan, sapi kondisi sehat yang semula seharga puluhan juta saja hanya laku dijual dengan harga belasan juta. Bahkan yang belasan juta baik sehat maupun sakit hanya berkisar di bawah Rp 10 juta.
"Harga sapi anjlok parah saat ini. Di wilayah kami ini sekarang hanya beberapa yang tetap memilihara. Sedangkan mayoritas lebih memilih dijual meskipun rugi karena harganya turun," tandasnya.
Warga lain, Kismaya mengatakan, ia memelihara sapi sebanyak 3 ekor. Penyakit PMK memang membuat para peternak dan petani pusing, sapi-sapinya tersebut sempat terpapar penyakit ini namun berhasil sembuh berkat penanganan yang terus dilakukan.
"Seminggu lebih sapi saya terpapar penyakit ini. Tidak bisa jalan dan tidak mau makan, alhasil setiap 1 jam sekali saya dan bapak ngecek kondisi serta ngasih makan. Kami juga minta obat-obatan dan desinfektan untuk pengobatannya," ucap Kismaya.