Puisi Mustofa W Hasyim: Tukang Kayu Tidak Mau Dimakan Kota
Dia hafal jalur nafasnya, arus perasaan
dan lorong kampung berliku
jalan setapak di sela pedagang pasar
juga arah dan tujuan orang berbicara
di warung-warung nasi rames, burjo
dan warung bakmi.
Ia hafal irama rindu kepada isteri
anak-anak di desa dan rumah tua
tempat dia dibesarkan, juga makam
leluhur yang jelas nama dan kisah mereka
menjaga desa dengan upacara.
Suatu malam, dia bermimpi