Oleh: Indhira Widiyawati
Jika karakteristik pekerjaan masih belum dapat dilakukan secara paperless karena beberapa hal, misal
1. Mengingat menyangkut keuangan negara yang masih harus memerlukan hardcopy dan belum ter-cover dalam aplikasi transaksi elektronik yang memadai secara keamanan, baik keamanan data elektronik dan keamanan keabsahan data,
2. Belum memadainya sistem transaksi elektronik yang dibangun,
3. Belum adanya payung hukum transaksi elektronik yang memadai
Maka implementasi Work From Anywhere sebaiknya tidak dipaksakan.
Work From Anywhere bukan hanya sekedar pengadaan alokasi dana untuk penataan tata ruang dengan mengubah tampilan fisik semata dengan non dedicated seat dengan memperbarui semua meja kursi kerja dengan lay out flexible working space dan slogan digitalisasi tanpa berkas atas pekerjaan yang sebenarnya institusi masih membutuhkan alur pekerjaan dengan berkas.
Hal tersebut karena prosedur kerja dan tatanan serta peraturan kerja yang memang belum bisa mengubah kebutuhan akan berkas, mengingat karakteristik institusi terkait kebutuhan adanya berkas kerja antara satu institusi dengan institusi yang lainnya berbeda-beda.
Jangan hanya karena supaya seolah sudah digitalisasi tanpa berkas, maka berkas berjalan yang masih dibutuhkan untuk kebutuhan pekerjaan kemudian semuanya dipindahkan atau disembunyikan ke gudang. Semua dipaksakan harus tanpa berkas, padahal tidak sesuai karakteristik institusi.
Selain itu, yang perlu juga diperhatikan adalah faktor sarana dan prasarana penunjang teknologi informasi dan komunikasi, seperti kelancaran jaringan dan sinyal komunikasi.
Letak geografis juga perlu mendapat perhatian. Posisi geografis institusi tidak hanya berada di kota-kota besar, tetapi juga banyak yang terdapat di pelosok pulau kecil atau di perbatasan negara atau kota di tengah hutan, yang tentunya sulit untuk mendapatkan jaringan dan sinyal yang lancar.
Juga yang paling mendasar adalah faktor pendanaan. Tentu implementasi WFA memerlukan biaya sarana dan prasarana yang besar, antara lain pengadaan laptop sebagai pengganti PC untuk masing-masing pegawai, jaringan, sistem aplikasi yang baik dan komprehensif, dan serta sarana prasaran lainnya.
Semua pegawai dituntut untuk mampu menguasai sistem aplikasi berbasis teknologi. Sedangkan demografi pegawai terdapat beberapa tingkatan pendidikan, umur, serta spesialisasi teknis yang berbeda-beda.