Oleh: Indhira Widiyawati
Sehingga kapasitas masing-masing pegawai juga berbeda-beda, yang berakibat tingkat ketergantungan dalam memahami sistem kerja dan mengoperasikan sistem aplikasi menjadi relatif besar, karena pegawai yang memahami teknis sistem aplikasi, jaringan, dan laptop, hanya sebagian saja dari keseluruhan pegawai.
Apabila terjadi kendala, akan menghambat kelancaran pekerjaan dan dapat mengakibatkan keterlambatan pekerjaan yang bisa berakibat fatal jika pekerjaan tersebut termasuk kategori urgent.
Bagaimanapun kualitas layanan baik ketepatan maupun kecepatan seharusnya tidak boleh menurun dikarenakan kendala-kendala yang terjadi di lapangan karena tergesa-gesa dan kurang matangnya grand design persiapan suatu institusi dalam rangka mengimplementasikan WFA.
Untuk itu persiapan yang matang dengan penyusunan grand design yang komprehensif mutlak dilakukan, agar tidak tampak sekedar tambal sulam yang mengesankan terburu-buru agar tidak tertinggal dibanding yang lainnya.
Jangan sampai WFA hanya sekedar mem-branding image semata, namun tidak kokoh di dalamnya, sebagai contoh adalah karena mindset pegawai yang belum berubah.
Maka atas nama kelancaran tugas agar tepat waktu, mengakibatkan banyak pekerjaan akhirnya harus di-handle oleh atasan karena bawahan yang kurang responsif dan menggunakan jam kerja untuk hal-hal diluar kedinasan.
Tentu ini menjadikan iklim tidak sehat dalam institusi tersebut dan bukan itu tujuan diberlakukannya WFA.
BACA JUGA : Fresh Office, Solusi dalam Mewujudkan Lingkungan Kerja yang Nyaman, Kolaboratif dan ModernSekali lagi, Work From Anywhere memerlukan grand design dengan persiapan yang matang. Mengubah mindset budaya kerja dan mengubah tatanan kerja serta mengubah sarana dan prasarana menjadi digital, memerlukan waktu yang panjang, bukan sekedar tambal sulam. Hal tersebut juga memerlukan kontinuitas yang intensif dalam menginternalisasi, membudayakan, dan mengupayakan perubahan tersebut. Namun demikian, Work From Anywhere tentu tidak bisa dipaksakan jika tidak sesuai dengan karakteristik institusi. Untuk itu institusi perlu bijak dalam menyikapinya, karena poduktivitas kerja baik WFA, WFO, maupun WFH tergantung dengan kondisi dan situasi serta karakteristik bidang pekerjaan suatu institusi. ****