HARIANE - Upaya pelestarian lingkungan dan penguatan usaha mikro terus bergerak maju di Kulon Progo. Kini, limbah batik dari Dusun Pulo, Kelurahan Gulurejo, menjadi jauh lebih aman berkat pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Batik, hasil kolaborasi antara komunitas, pemerintah daerah, dan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).
Muhammad Prasodjo dari Yayasan Inspirasi Anak Bangsa (YIAB) mengungkapkan bahwa pembangunan IPAL Batik ini merupakan hasil diskusi panjang antara komunitas dan pemerintah daerah sejak 2024, yang kemudian difasilitasi oleh PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero).
“Kami ingin membuktikan bahwa pengrajin batik tetap bisa berkarya tanpa mengorbankan lingkungan,” ujar Perwakilan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) tersebut.
Sebelum adanya IPAL, air limbah batik dari Mahendra Batik tercatat melebihi ambang batas baku mutu, dengan kadar Residu Tersuspensi (TSS) mencapai 6.260 mg/L.
Namun setelah proses pengolahan melalui IPAL, kadar TSS turun drastis menjadi kurang dari 0,1 mg/L.
Komponen lain seperti Residu Terlarut (TDS), Fenol, Minyak dan Lemak juga menunjukkan penurunan signifikan sesuai dengan Peraturan Daerah DIY Nomor 7 Tahun 2016.

Menurutnya, program ini diharapkan menjadi model bagi pelaku UMKM batik di daerah lain.
“Kami percaya bahwa keberlanjutan lingkungan dan pemberdayaan ekonomi harus berjalan beriringan. Dukungan ini adalah bagian dari komitmen kami dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” ujarnya.
Peresmian IPAL Batik di Mahendra Batik, Kelurahan Gulurejo, Kapanewon Lendah, digelar pada Senin (22/4).
Acara ini dihadiri oleh perwakilan PT SMI, Dinas Koperasi dan UKM DIY, Dinas Koperasi dan UKM Kulon Progo, pengurus Kelurahan Gulurejo, hingga pengrajin batik setempat.
Prosesi simbolis pemotongan rangkaian melati menandai mulai beroperasinya IPAL, diikuti dengan peninjauan langsung proses pengolahan air limbah.