Harianesia , Opini

Diam: Jalan Menuju Distopia

profile picture Tim Red 1
Tim Red 1
tulisan Nazaruddin
Penulis: Nazaruddin Pengamat Sosial

Dalam derasnya arus informasi, riuhnya media sosial, dan kebisingan politik yang tak kunjung reda, kita justru semakin sering menjumpai satu sikap yang sunyi: diam. 

Ia terlihat sederhana, bahkan kerap disebut sebagai kebijaksanaan. Namun dalam lanskap sosial-politik yang timpang, diam bukanlah kebajikan netral. Ia bisa jadi isyarat ketundukan, ketakutan yang dilembagakan, atau lebih jauh: hasil dari rekayasa sistemik menuju pembungkaman kolektif. 

Dalam masyarakat yang menuju distopia—yakni tatanan yang dipenuhi kontrol total, pembatasan berpikir, dan penghapusan kebebasan—diam adalah suara yang hilang, atau tepatnya, suara yang dipadamkan.

Michel Foucault menyatakan bahwa kekuasaan tidak hanya bekerja dengan kekerasan, tetapi melalui kontrol wacana: menentukan apa yang bisa dikatakan dan apa yang harus didiamkan. Ketika masyarakat berhenti berbicara—bukan karena tak tahu, melainkan karena takut atau terbiasa diam—maka kekuasaan bekerja dengan sunyi, namun efektif. 

Diam bukanlah kekosongan, tetapi sikap yang telah dilatih untuk tidak menggugat, tidak bersuara, dan tidak menyentuh apa yang dianggap tabu. Dalam situasi ini, diam menjadi semacam partisipasi pasif yang secara tidak sadar memperkuat status quo yang menindas.

Gambaran ini tidak asing dalam fiksi-fiksi distopia seperti 1984 karya George Orwell atau Brave New World karya Aldous Huxley. 

Dalam dua novel tersebut, masyarakat diajarkan untuk diam, tidak berpikir kritis, dan menerima kebohongan sebagai kebenaran. Rezim tidak perlu membungkam karena rakyat telah membungkam dirinya sendiri. Ini adalah bentuk penjinakan yang sangat halus: masyarakat dibuat jinak oleh rutinitas, disibukkan oleh hal-hal remeh, dan dilatih untuk tidak terganggu oleh penderitaan orang lain.

Fenomena ini menemukan gaungnya dalam realitas Indonesia hari ini. Tidak sedikit yang memilih diam karena trauma masa lalu, takut distigma sebagai "radikal" atau "anti-NKRI", atau karena tidak percaya lagi bahwa suara bisa mengubah keadaan. 

Diam menjadi strategi bertahan hidup sekaligus pertanda mundurnya keberanian kolektif. Masyarakat dibiasakan untuk tidak reaktif, tidak kritis, dan akhirnya tidak peduli.

Islam memandang diam yang pasif dan tak melahirkan amal sebagai tanda lemahnya iman. 

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu, ymaka dengan lisannya. Dan jika tidak mampu juga, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman” (HR. Muslim). 

Hadis ini menegaskan bahwa diam terhadap keburukan bukanlah sikap spiritual yang netral, melainkan indikasi surutnya ruh iman. Diam membuka jalan bagi normalisasi dosa dan kekeliruan, melemahkan nalar kolektif, dan merusak keberanian moral umat.

Tags
Nazaruddin
Ads Banner

BERITA TERKINI

Daftar Jemaah Haji Pulang 3 Juli 2025 dari Madinah, Cek Jadwal Terbangnya Disini

Daftar Jemaah Haji Pulang 3 Juli 2025 dari Madinah, Cek Jadwal Terbangnya Disini

Rabu, 02 Juli 2025
3 Jemaah Haji Hilang Belum Ditemukan Hingga Saat ini, Begini Respon PPIH

3 Jemaah Haji Hilang Belum Ditemukan Hingga Saat ini, Begini Respon PPIH

Rabu, 02 Juli 2025
Mantap! Harga Emas Antam Hari ini Rabu 2 Juli 2025 Naik Rp 17 ...

Mantap! Harga Emas Antam Hari ini Rabu 2 Juli 2025 Naik Rp 17 ...

Rabu, 02 Juli 2025
Bikin Panik! Kebakaran RS Hermina Hari ini Diduga Karena Listrik Korslet

Bikin Panik! Kebakaran RS Hermina Hari ini Diduga Karena Listrik Korslet

Rabu, 02 Juli 2025
Braakk ! Tabrakan di Jalan Semanu-Pracimantoro, 2 Mobil Ringsek

Braakk ! Tabrakan di Jalan Semanu-Pracimantoro, 2 Mobil Ringsek

Rabu, 02 Juli 2025
Harga Emas Perhiasan Hari ini Rabu 2 Juli 2025 Meroket Tajam, Cek Sebelum ...

Harga Emas Perhiasan Hari ini Rabu 2 Juli 2025 Meroket Tajam, Cek Sebelum ...

Rabu, 02 Juli 2025
Ingat ! Dinkes Gunungkidul Imbau Warga Waspada DBD

Ingat ! Dinkes Gunungkidul Imbau Warga Waspada DBD

Rabu, 02 Juli 2025
Kompetisi Bahasa dan Sastra 2025 Tunjukkan Kota Yogyakarta dalam Menjaga Suluh Peradaban

Kompetisi Bahasa dan Sastra 2025 Tunjukkan Kota Yogyakarta dalam Menjaga Suluh Peradaban

Selasa, 01 Juli 2025
Qonitah, Inspirasi Atlet Disabilitas Kulon Progo Menuju Peparda 2025

Qonitah, Inspirasi Atlet Disabilitas Kulon Progo Menuju Peparda 2025

Selasa, 01 Juli 2025
Kulon Progo Targetkan 24 Medali Emas di Ajang Peparda 2025

Kulon Progo Targetkan 24 Medali Emas di Ajang Peparda 2025

Selasa, 01 Juli 2025